Aparat Siksa Aborigin Seperti Binatang Permalukan Australia
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - Sebuah video yang mengungkapkan penyiksaan terhadap remaja suku asli Australia, Aborigin, telah membuat banyak pihak di negara Kanguru itu terkejut dan pemerintahan Perdana Menteri Malcolm Turnbull seakan dipermalukan.
Video investigasi yang ditayangkan dalam acara Four Corner di televisi ABC, Australia pada hari Senin (25/7) menggambarkan pelecehan terhadap remaja Aborigin dengan menggunakan gas air mata, ditelanjangi dan dibelenggu di atas kursi dengan kepala tertutup.
Turnbull mengatakan akan membentuk Komisi Kerajaan -- sebuah bentuk penyelidikan tertinggi di Australia -- seraya mengatakan telah terjadi upaya menutup-nutupi kekejaman itu.
Namun, kelompok pembela HAM mengejek alasan itu, dan mengatakan bahwa para pejabat telah mengabaikan bukti penyalahgunaan wewenang selama bertahun-tahun.
Rekaman video yang disiarkan pada hari Senin, menunjukkan adegan yang sebagian besar terjadi di sebuah pusat penahanan remaja di kota Northern Territory Darwin antara tahun 2010 dan 2015.
Pengungkapan ini telah memicu kegemparan nasional, dan para pejabat dari tingkat lokal sampai ke perdana menteri menyangkal mereka pernah melihat video itu sebelumnya.
"Kami bertekad untuk sampai ke dasar dari masalah ini, kami bertekad untuk meneliti sejauh mana telah terjadi budaya kekerasan dan, memang, apakah telah terjadi budaya menutup-nutupi," kata Turnbull kepada wartawan.
"Mengapa penyalahgunaan ini, perlakuan ini, terungkap begitu lama?," kata dia, dilansir dari cbsnews.com.
Ketika insiden gas air mata terjadi pada tahun 2014, kata aparat penjaga pusat penahanan, bahan kimia digunakan untuk menundukkan enam remaja tersebut yang telah menciptakan kerusuhan. Tapi rekaman CCTV dan rekaman video yang dibuat oleh staf di pusat penahanan itu menunjukkan gas air mata digunakan setelah salah seorang remaja kabur dari selnya, sementara lima lainnya tetap terkunci di sel mereka.
Para penjaga tahanan tertawa ketika para remaja itu batuk-batuk dan menangis setelah gas air mata ditembakkan ke tempat isolasi di mana mereka ditempatkan. Salah satu tahanan terdengar berkata ia tidak bisa bernapas.
Dalam video lain, seorang penjaga terlihat mengambil seorang remaja 13 tahun dan melemparkannya melintasi ruangan ke tempat tidurnya. Anak yang sama juga terlihat dalam rekaman ditelanjangi dan ditelungkupkan di tempat tidurnya oleh tiga penjaga setelah ia mengancam akan melukai dirinya sendiri.
Cleary, aktivis HAM dari Amnesty International berkata. "Seperti terlihat dalam tayangan, peristiwa ini bukan insiden terisolasi."
Menteri Urusan Suku Asli, Nigel Scullion, mengatakan rekaman itu sangat mengejutkan karena para penjaga yang terlibat tampak angkuh dalam tindakan mereka. Dia mengatakan petugas harus menghadapi tuduhan kriminal.
"Mereka tahu ... bahwa perilaku mereka jelas tidak benar, itu jahat, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka sama sekali tidak diperbolehkan menjadi masalah bagi siapa pun," kata Scullion.
"Ini adalah budaya menutup-nutupi, ini adalah budaya kebrutalan," lanjut Scullion.
Pusat Penahanan Pemuda Don Dale telah menjadi subjek dari keluhan selama bertahun-tahun. Tahun lalu, review terhadap fasilitas itu oleh Komisarioner Anak di Northern Territory, menemukan penggunaan sel isolasi berlebihan dan pengekangan yang tidak layak.
Ketua Menteri Northern Territory, Adam Giles, mengatakan ia belum pernah melihat rekaman itu sebelum ditayangkan pada hari Senin, dan ia juga menyalahkan upaya menutup-nutupinya.
Don Dale mengatakan dia telah memindahkan Menteri Koreksi Northern Territory, John Elferink dari jabatannya pada Selasa.
"Saya duduk dan menyaksikan rekaman dan melihat horor melalui mata saya," kata Giles kepada wartawan di Darwin.
Tapi Priscilla Collins, CEO North Australian Aboriginal Justice Agency, di Darwin mengatakan para pejabat tahu adanya video itu sejak bertahun-tahun.
"Tidak ada yang ditutup-tutupi. Mereka sudah sepenuhnya menyadari apa yang telah terjadi," kata Collins kepada wartawan.
"Laporan kami menunjukkan hal itu, laporan Komisi Anak juga menunjukkan itu. Mereka memiliki akses ke rekaman."
Sebagai catatan, Australia memiliki sejarah yang buruk ketika membicarakan perlakuan terhadap tahanan anak. Pengawas HAM Internasional tahun lalu menemukan bahwa kebijakan tersebut melanggar hukum internasional.
Lebih ironis lagi, terungkapnya penyiksaan ini telah mengingatkan kembali publik akan sikap pemerintah Australia yang sangat reaktif terhadap kasus penyiksaan sapi di Indonesia, yang mengakibatkan pelarangan ekspornya ke Indonesia di masa lalu.
Ini mendatangkan anggapan bahwa di Australia binatang lebih dihargai daripada seorang Aborigin.
Miranda Devine, dalam sebuah tulisan opininya di Daily Telegraph, mengatakan, pemerintah Australia ketika itu langsung menghentikan ekspor sapi ke Indonesia ketika muncul video penyiksaan sapi Australia di Indonesia, yang menyebabkan terpuruknya peternak sapi dan kelangkaan daging di negara tetangga mereka.
Menurut Miranda, reaksi terhadap pelanggaran hak-hak binatang itu dapat begitu rupa karena adanya dukungan dari kelompok aktivis pencinta hewan yang menyamakan hak asasi binatang dengan hak asasi manusia.
"Kelompok-kelompok pejuang hak-hak binatang telah pindah ke wilayah yang ekstrem di mana hak-hak binatang disama kandengan hak asasi manusia, di mana kehidupan hewan adalah sama mulia dengan kehidupan manusia...Hasilnya adalah kekerasan terhadap manusia jarang mendapatkan perhatian yang layak, dan jika mereka melakukannya, itu semua sudah terlambat," kata dia.
Sementara itu Turnbull mengatakan Komisi Kerajaan diharapkan mulai melaksanakan dengar pendapat pada bulan September, dengan laporan akhir yang akan dirilis awal tahun depan.
Editor : Eben E. Siadari
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...