APTISI: Perguruan Tinggi Masih Tersandera Kurikulum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Umum APTISI Edy Suandi Hamid menyatakan bahwa dalam penyediaan tenaga kerja masih banyak perguruan tinggi yang tersandera pada kurikulum yang lebih mengembangkan teori daripada praktik sementara di dunia industri lebih berharap kepada tenaga kerja yang siap pakai tanpa melalui proses pelatihan yang panjang.
“Ini karena hubungan sinergis antara perguruan tinggi dengan dunia usaha di Indonesia masih jauh dari maksimal. Keduanya lebih banyak berjalan sendiri dan berupaya memenuhi kebutuhan masing-masing secara subsisten,” kata Edy di Menara Kadin Jalan H.R Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan, Kamis (4/6).
“Padahal, dengan kerja sama yang baik akan terjadi pembagian kerja yang akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas keduanya dan mendorong terjadinya inovasi-inovasi seperti yang terjadi di negara-negara seperti Korea, Jepang dan negara industri lainnya.”
Menurutnya, selama ini perguruan tinggi hanya berfokus pada penelitian pengembangan ilmu saja. Sedangkan dunia industri menunggu karya inovatif yang praktis seperti produk baru, desain baru, metode baru maupun pola-pola kerja yang baru yang dapat menggerakkan industri atau dunia usaha lebih cepat dan akseleratif.
“Walaupun hubungan antara perguruan tinggi dan dunia usaha sudah berjalan seperti perguruan tinggi swasta dengan Kadin. Namun, belum ada payung besar yang menaungi sehingga hubungan ini bisa lebih terstruktur dan bermanfaat.”
Sistem ABG
Edy berpendapat bahwa sebenarnya kerja sama tersebut jangan hanya terjalin antara pengusaha dengan dunia pendidikan saja tapi juga melibatkan peran pemerintah. Sistem ini dikenal dengan konsep Academician, Business and Goverment (ABG).
Jika sistem tersebut diimplementasikan maka akan menghasilkan berbagai inovasi dan invensi yang berkaitan dan membantu kehidupan sehari-hari manusia.
“Untuk itu kita harapkan kerja sama Kadin dan APTISI ini bisa betul-betul memberikan kemanfaatan bagi masyarakat Indonesia dan bukan hanya pada kedua organisasi.”
Salah satu masalah yang selama ini muncul adalah adanya kesenjangan kompetensi lulusan dengan kualifikasi yang dibutuhkan dunia usaha. Menurutnya, ini terjadi karena perguruan tinggi masih mengarahkan kurikulumnya pada perkembangan keilmuan dan belum banyak mengarahkan pada muatan praktis dan aplikatif atau terapan sesuai yang dibutuhkan dunia usaha.
“Ini harus dijembatani agar terdapat titik temu antara perguruan tinggi dan dunia usaha dalam sumber daya tenaga kerjanya,” kata Edy.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...