Ara, Buah "Surgawi" yang Berkhasiat
SATUHARAPAN.COM - Buah ara atau buah tin, menurut sarapanpagi.org, adalah sumber makanan pokok, baik pada zaman Alkitab dan juga pada zaman sekarang di beberapa negeri Timur Tengah. Buah ini dijadikan kue ara kering, yang praktis untuk dibawa. Buah ara dapat dimakan segar, dikeringkan, atau dibuat selai. Buah yang dipetik harus segera dimanfaatkan, karena tidak dapat disimpan lama (mudah rusak).
Di Indonesia, seperti dikutip dari tipspetani.co.id, ternyata pohon ara bisa berbuah, apalagi di musim kemarau. Buah ranum berwarna merah, ungu, hijau dan kuning, sesuai jenisnya, bisa langsung dipetik dari pohonnya. Kita dapat menanamnya di dalam pot atau di halaman rumah.
Pohon ara, memiliki makna penting dalam konteks simbolik, religius, ekologis, nutrisi, dan komersial. Sebagian orang percaya kalau buah tin adalah buah suci dari taman surgawi. Tumbuhan ini tercantum dalam Alquran dan Alkitab.
Di dalam Alkitab, ungkapan “duduk di bawah tanaman anggur dan pohon aranya sendiri”, melambangkan keadaan yang damai, makmur, dan tenteram, seperti terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama 1 Raja 4:25; Mikha 4:4; Zakharia 3:10. Dalam Kitab Perjanjian Baru, Lukas pasal 19 : 1-10, mengisahkan pertobatan seorang pemungut cukai bernama Zakheus, yang memanjat pohon ara untuk melihat Tuhan Yesus datang ke Kota Yerikho. Pengakuan Zakheus dan pertobatannya menjadi cerita yang sangat istimewa.
Di dalam Alquran, pohon ara menurut globalmuslim.web.id disebutkan di dalam surat At-Tiin ayat 1 yang berbunyi, “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun.”
Pohon bodhi yang dikenal dalam agama Buddha, yang menjadi tempat Sang Buddha Gautama bersemedi dan memperoleh pencerahan, juga dikenal sebagai pohon ara. Hal itu karena pohon bodhi yang dipandang suci oleh penganut agama Hindu dan Buddha dan memiliki nama bahasa Latin Ficus religiosa L, masuk dalam suku ara-araan atau Moraceae, sama dengan pohon ara (tin). Pohon tin atau ara dan pohon bodhi, termasuk kerabat pohon beringin.
Pohon ara adalah tanaman asli Asia Barat Daya, Israel, Suriah, dan Mesir, serta terkenal karena umurnya yang sangat panjang. Konon pohon ini disebut pohon kehidupan, karena dapat tumbuh subur dan berbuah lebat di tengah terik matahari dan panasnya padang pasir. Meskipun pohon ini tumbuh secara liar, pohon ini perlu dibudidayakan untuk memperoleh hasil yang baik.
Pohon ara juga banyak tumbuh di daerah pantai Balkan hingga Afghanistan, dan kemudian berkembang di Amerika Serikat, Cile, Australia, dan Argentina
Pohon ara memiliki nama ilmiah dalam bahasa Latin yakni Ficus carica. Di daerah asli dan penyebarannya, tumbuhan ini memiliki berbagai nama, di antaranya tin (bahasa Arab), fig (bahasa Inggris), cay sung (Vietnam), duea kliang dan ma duea (Thailand), ju guo rong dan ara (Tiongkok), figue (Prancis), feige (Jerman), higo (Spanyol), fico (Italia), figu (Austria), elo (Jawa), dan loa (Sunda).
Pohon ara dikutip dari wikipedia, cukup mampu beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, bahkan tumbuh dengan baik di tanah berbatu-batu, tumbuh hingga 10 m dengan batang lunak berwarna abu-abu. Daunnya cukup besar dan berlekuk dalam, 3 atau 5 cuping. Bunganya tidak tampak karena terlindung dasar bunga yang menutup sehingga dikira buah. Penyerbukan dilakukan oleh sejenis tawon khusus, sama seperti serangga yang menyerbuki jenis-jenis Ficus lainnya.
Yang disebut buah sebetulnya adalah dasar bunga yang membentuk bulatan. Tipe ini khas untuk semua anggota suku ara-araan (Moraceae). Buahnya berukuran panjang tiga hingga 5 cm, berwarna hijau. Beberapa kultivar berubah warna menjadi ungu jika masak. Getah yang dikeluarkan pohon ini dapat mengiritasi kulit.
Khasiat Buah Ara
Buah ara adalah sumber tanaman yang paling kaya akan kalsium dan serat. Buah ini juga mengandung banyak antioksidan, flavonoid, dan polyphenol. Kandungan serat yang tinggi dengan beragam vitamin dan mineral membuatnya sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Buah yang dihasilkan dari pohon ara dipercaya mengandung banyak khasiat. Selain mencegah kanker, buah ara juga dipercaya mampu mengobati diabetes.
Penelitian California Fig Nutritional Information menunjukkan setiap 100 gram buah ara mengandung vitamin A sebanyak 9,76 IU, vitamin C 0,68 mg, kalsium 133,0 miligram (mg), dan zat besi sebanyak 3,07 mg. Buah ara juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat tinggi. Dari 100 gram buah ara kering, terkandung 12,2 gram serat. Jumlah itu lebih tinggi ketimbang apel yang hanya mengandung 2,0 gram dan jeruk 1,9 gram.
Riset Universitas Rutgers di New Jersey, Amerika Serikat, juga memperlihatkan, buah ara mengandung antioksidan yang dapat mengikat senyawa karsinogen penyebab kanker. Tak heran, jika para pakar kesehatan menganjurkan mengkonsumsi buah ara secara teratur. Selain dapat membantu membersihkan racun di dalam tubuh, serat yang terkandung di dalamnya juga mampu mencegah kanker kolon dan penyakit degeneratif lainnya.
Penelitian H Rijal Kamaluddin Husaeni, Program Studi Kimia ITB Bandung, menyebutkan efek dari pemberian ekstrak buah ara terhadap kadar glukosa darah puasa (GDP) tikus jantan putih galur wistar, dapat menurunkan kadar GDP pada hewan uji yang telah diinduksi aloksan monohidrat.
Buah ara menurut penelitian dari Harvard University, seperti dikutip dari dagang.disperindag1.jabarprov.go.id, mempunyai kelebihan rendah lemak, rendah sodium, rendah kalori, dan bebas kolesterol, sehingga sangat sesuai untuk penderita diabetes mellitus. Buah ara mengandung zat sejenis alkalin yang mampu menghilangkan keasaman pada tubuh.
Zat-zat aktif yang tedapat dalam buah tin sejenis zat-zat pembersih yang bisa dipakai untuk mengobati luka luar dengan cara melumurinya. Unsur yang terkandung dalam buah tin adalah karbohidrat, protein, dan minyak. Buah tin juga mengandung kalsium, yodium, fosfor, dan zat besi.
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi dan Kedokteran Universitas Islam Bahawalpur Pakistan, membuktikan ekstrak buah ara memiliki efek pada melanin kulit, dan sebum, juga nilai-nilai hidrasi yang bisa digunakan untuk melawan hiperpigmentasi, jerawat, bintik-bintik, dan keriput .
Penelitian juga dilakukan Redoyan Refli, di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB Bogor, mengenai potensi ekstrak daun tin sebagai antioksidan dan aktivitas hambatannya terhadap proliferasi sel kanker HeLa. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ekstrak daun tin dapa t menghambat proliferasi sel kanker HeLa sebesar 57.18 persen pada konsentrasi 800 ppm, karena mengandung senyawa isoflavon atau flavon.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...