Vanili, Rempah Termahal
SATUHARAPAN.COM – Julukannya “emas hijau”, merujuk pada nilai komersial vanili yang tinggi. Situs theepicentre.com mencantumkan vanili sebagai salah satu dari tiga rempah paling mahal harganya, selain safron dan kapulaga. Begitu tinggi nilai ekonominya, menyebabkan pemilik kebun vanili sering kali secara sengaja memberikan tanda tertentu pada buah vanili sebelum tiba masa panen, selain untuk memudahkan mengenali juga sebagai upaya menangkal pencurian.
Vanili adalah tanaman penghasil bubuk vanili, yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk vanili dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong.
Vanili , mengutip dari Wikipedia, adalah tanaman sejenis anggrek, dari keluarga Orchidaceae, genus Vanilla. Nama ilmiahnya, Vanilla planifolia. Bedanya, anggrek memiliki akar lekat, sedangkan vanili berakar tanah.
Kew Royal Botanic Garden mendeskripsikan vanila sebagai tumbuhan yang tumbuh liar di hutan-hutan tropis, dan termasuk dalam kelompok tumbuhan berbunga yang paling tua dan paling besar jumlahnya, yakni Orchidaceae. Dari keluarga besar Orchidaceae, anggota genus Vanilla merupakan satu-satunya yang menghasilkan tanaman budidaya yang dapat dimakan, dan 95 persen dari polong vanila yang diperdagangkan di dunia ini berasal dari spesies Vanilla planifolia.
Seperti diketahui, ada tiga varian vanili yang menjadi andalan petani untuk membudidayakan dan mengambil buahnya. Ketiga varietas vanili itu, planifolia, pompona, dan black tahiti. Petani Indonesia dan Madagaskar lebih banyak membudidayakan Vanilla planifolia.
Situs wol.jw.org menyebutkan vanili adalah tumbuhan rambat yang membutuhkan semacam penyangga dan sedikit naungan. Di alam liar, tanaman ini biasanya merambat pada pepohonan di hutan-hutan basah tropis dataran rendah. Di Meksiko, perkebunan tradisional menggunakan tanaman-tanaman asli seperti pichoco sebagai penyangga, tetapi belum lama ini, pohon jeruk cukup berhasil digunakan untuk tujuan tersebut.
Wikipedia mendeskripsikan morfologi batang tanaman vanili berukuran kira-kira sebesar jari, berwarna hijau, agak lunak, beruas, dan berbuku. Panjangnya rata-rata 15 cm, sumber lain menyebutkan 30 cm.
Daun vanili merupakan daun tunggal. Letaknya berseling pada masing-masing buku. Warnanya hijau terang, dengan panjang 10-25 cm serta lebar 5-7 cm. Bentuknya pipih, berdaging, bulat telur, jorong atau lanset dengan ujung lancip. Tulang daun sejajar yang tampak setelah daun tersebut tua atau mengering.
Bunga vanili adalah bunga tandan terdiri atas 15-20 bunga. Bunga keluar dari ketiak daun bagian pucuk batang. Bentuk bunganya duduk, berwarna hijau-biru agak pucat, panjang 4-8 cm, dan agak wangi.
Bunga vanili terdiri atas enam daun bunga (tiga sepal, tiga petal) yang terletak dalam dua lingkaran. Daun bunga bagian luar (sepal) sedikit lebih besar daripada bagian dalam petal. Satu dari petalnya berubah bentuk, menggulung seperti corong yang disebut bibir (rostelum).
Polong vanili mengandung ribuan biji lembut berwarna hitam.
Asal Tanaman dan Penyebarannya
Vanili berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Tanaman ini dikenal pertama kali oleh orang-orang Indian di Meksiko.
Di Meksiko tanaman vanili dapat berbuah karena ada serangga yang membantu penyerbukannya. Putik pada bunga vanili tertutup bibir, sehingga penyerbukan secara alamiah terhalang, karena kepala sari letaknya lebih tinggi daripada kepala putik.
Bunga vanili yang telah mekar hanya dapat bertahan satu hari. Jika bunga yang telah mekar itu tidak segera dikawinkan, akan layu dan kemudian rontok. Sebab itu harus sering keliling kebun untuk mengontrol perkembangan vanili.
Vanili adalah rempah dengan catatan sejarah yang panjang, seperti ditulis di dalam situs wol.jw.org. Orang Aztek menyebutnya tlilxochitl, ”bunga hitam”, sesuai dengan warna buah ini setelah diproses. Mereka memanfaatkan vanili untuk memberi rasa pada minuman yang dibuat dari kakao, yakni xocoatl, atau cokelat, dicampur dengan madu.
Montezuma, kaisar Aztek dari Meksiko, konon menyuguhkan minuman itu kepada penjelajah dari Spanyol, Hernan Cortes, pada tahun 1520. Cortes kemudian memperkenalkan biji kakao dan vanili ke Eropa. Cokelat panas rasa vanili menjadi populer di istana-istana Eropa, tetapi baru pada tahun 1602, Hugh Morgan, apoteker Ratu Elizabeth I, menyarankan penggunaan vanili untuk menambah rasa atau aroma pada hal-hal lain. Kemudian, pada tahun 1700-an, vanili mulai digunakan dalam minuman beralkohol, tembakau, dan parfum.
Namun, lama sebelum munculnya Imperium Aztek, orang Indian Totonak dari Veracruz, Meksiko, telah menanam, memanen, dan memproses buah vanili. Baru pada awal tahun 1800-an, tanaman vanili dibawa ke Eropa untuk dibudidayakan.
Baru pada 1836 ahli botani Belgia, Charles Morren, melalui penelitiannya mendapati kenyataan vanili tidak dapat berbuah tanpa campur tangan manusia dalam proses penyerbukan dan pembuahannya. Pada 1841, Edmond Albius, mantan budak, di Reunion, pulau jajahan Prancis, menemukan cara pembuahan yang efektif, yang masih dipakai hingga saat ini.
Dari Eropa, vanili dibawa dan berkembang Madagaskar, dan di pulau-pulau di Samudra Hindia.
Manfaat dan Khasiat
Vanili terutama dimanfaatkan dalam industri makanan, diperdagangkan dalam bentuk buah kering, bubuk, ekstrak, atau dalam bentuk campuran ekstrak vanili dan gula. Kemudian mulai diperkenalkan esens vanili mengingat harga vanili asli yang mahal.
Harga vanili tinggi mengingat proses pengolahannya yang rumit dan memakan waktu lama. Buah vanili harus melewati proses pengeringan untuk mengeluarkan kandungan vanilin dengan aroma dan rasanya yang khas. Pemrosesan mencakup pengeringan awal, pembungkusan untuk mengeluarkan cairan, dan kembali menjalani penjemuran, penyekapan, penyimpanan memakan waktu dalam hitungan bulan, hingga keluar aroma yang diinginkan.
Saat ini, vanilin telah diproduksi secara sintetis. Namun, tidak akan dapat menandingi vanilin tulen.
Selain pemanfaatannya dalam dunia kuliner, termasuk memberi aroma pada cerutu dan liqueur, vanila juga dimanfaatkan dalam industri kosmetik, terutama parfum dan perawat kulit. Vanilla rum adalah produk Madagaskar yang sangat terkenal di dunia.
Editor : Sotyati
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...