Arab Diprediksi Kesulitan Hadapi Gejolak Harga Minyak pada 2015
WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Chief Executive Officer Breitling Energy, Chris Faulkner mengemukakan negara penghasil minyak terbesar dunia saat ini, Arab Saudi akan kesulitan menghadapi gejolak harga minyak dunia tahun depan.
"Saya mengasumsikan mereka akan mulai mengurangi produksi di harga 40 dolar Amerika Serikat (AS) per barel," kata Chris Faulkner seperti tertuang dalam wawancara di stasiun CNBC, Sabtu (27/12).
Dengan defisit neraca perdagangan yang diprediksi mencapai 50 miliar dolar AS (Rp 600 triliun) di 2015, Arab Saudi akan mulai kesulitan menghadapi subsidi. Para pekerja juga tidak akan mau penghasilannya dipotong. “Mereka boleh berkata apa saja sekarang ini, tapi mereka juga tidak bisa menghambur-hamburkan uang selamanya," tambahnya.
Faulkner memperkirakan harga minyak dunia akan naik secara perlahan pada 2015 ke kisaran US$ 70 per barel setelah turun hingga di bawah US$ 50 per barel. Prediksi ini bisa tercapai sekitar triwulan kedua.
Harga minyak mentah dunia turun pada Sabtu (27/12) setelah libur Natal di tengah volume perdagangan yang tipis.
Minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari kehilangan 1,11 dolar AS menjadi ditutup pada 54,73 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari, turun 0,79 dolar AS menjadi menetap pada 59,45 dolar AS per barel. Pasar minyak mentah Amerika Serikat ditutup pada Kamis untuk liburan Natal.
Harga minyak jatuh pada Rabu (24/12), karena laporan pemerintah menunjukkan bahwa pasokan minyak mentah AS meningkat lebih besar dari yang diperkirakan. (finance.yahoo.com/Ant).
Editor : Eben Ezer Siadari
Cara Mengatasi Biduran dengan Tepat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin menjelaskan penyebab biduran, salah sa...