Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:18 WIB | Sabtu, 08 Februari 2025

Arab Saudi Tolak Pemindahan Warga Gaza, Kukuh pada Solusi Dua Negara

Spanyol tolak usulan Israel agar menerima warga Palestina dari Gaza.
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan dan rumah yang hancur selama serangan Israel, di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas, di Jabalia di Jalur Gaza utara, 22 Januari 2025. (Foto: dok. Reuters)

RIYADH, SATUHARAPAN.COM-Arab Saudi tetap menentang segala rencana pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza dan berkomitmen pada solusi dua negara, menurut Ketua Pusat Penelitian Teluk, seraya menambahkan bahwa segala harapan akan kesepakatan normalisasi antara Kerajaan dan Israel akan sia-sia tanpa negara Palestina.

Dalam wawancara di W News yang dipresentasikan oleh Leigh Ann Gerrans, Dr. Abdulaziz Saqr mengatakan bahwa ia "terkejut" mendengar rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali warga Palestina di negara tetangga Mesir dan Yordania untuk mengembangkan Jalur yang dilanda perang tersebut secara ekonomi.

"Arab Saudi tidak setuju dengan pemindahan warga Palestina atau memaksa mereka meninggalkan negara itu dalam kondisi apa pun. Warga Palestina memiliki hak untuk menentukan negara dan masa depan mereka," katanya kepada Al Arabiya News. "Tanpa solusi dua negara, tidak akan ada normalisasi dengan Israel," imbuhnya.

Berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sedang berkunjung pada hari Selasa, Trump mengungkap rencananya untuk memukimkan kembali secara permanen lebih dari dua juta warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga, dengan menyebut daerah kantong itu sebagai "lokasi pembongkaran."

Pernyataannya menggemparkan dunia Arab dan memicu kritik internasional dari para pemimpin, pejabat, dan analis dunia.

Senada dengan itu, Sqar mengatakan tidak ada pertanyaan di Timur Tengah tentang "hak untuk hidup berdampingan antara Palestina dan Israel," dan AS tidak memiliki hak untuk menggusur penduduk Gaza.

Ia menambahkan bahwa Trump, yang dikenal dengan pernyataannya yang berlebihan, dapat menarik komentarnya atau akan dipaksa menerima posisi internasional yang menolak rencananya untuk Gaza, dengan menambahkan bahwa skenario ketiga yang lebih layak adalah menemukan "semacam kompromi."

"Ia masih membutuhkan dukungan dunia Arab untuk beberapa idenya yang mencakup pemberian tekanan maksimum pada Iran atau menurunkan harga minyak," kata Sqar. “Kita hanya perlu menunggu dan melihat bagaimana tanggapannya.”

Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, pada hari Kamis (6/2) menolak saran Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bahwa Spanyol harus menerima warga Palestina yang mengungsi dari Gaza.

“Tanah warga Gaza adalah Gaza dan Gaza harus menjadi bagian dari negara Palestina di masa depan,” kata Albares dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Spanyol RNE.

Katz memerintahkan tentara pada hari Kamis untuk menyiapkan rencana guna mengizinkan “keberangkatan sukarela” penduduk dari Jalur Gaza, media Israel melaporkan.

Instruksi tersebut menyusul pengumuman mengejutkan Presiden AS Donald Trump bahwa Amerika Serikat berencana untuk mengambil alih Gaza, memukimkan kembali warga Palestina yang tinggal di sana, dan mengubah wilayah tersebut menjadi “Riviera Timur Tengah.”

Katz menambahkan Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, yang tahun lalu mengakui negara Palestina, “secara hukum berkewajiban untuk mengizinkan setiap penduduk Gaza memasuki wilayah mereka.” (Al Arabiya, Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home