OLAHRAGA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi
14:37 WIB | Selasa, 01 Juli 2014
Argentina vs Swiss: Sepuluh Menit Pertama yang Menentukan
SATUHARAPAN.COM - Di saat tim-tim unggulan dari benua biru berguguran pada fase grup, dua timnas dari eropa mengalami lompatan cukup berarti di Piala Dunia 2014: Yunani dan Swiss. Kedua kesebelasan ini tampil konsisten. Di bawah asuhan Hitzfeld, Swiss menjelma menjadi tim yang produktif dengan aliran bola yang rapi antar lini.
Hasil akhir melawan Prancis menjadi gambaran perkembangan permainan Swiss, meskipun kalah dengan angka yang cukup telak 5-2. Di saat tertinggal 5 gol, tidak membuat semangat pemain Swiss turun, bahkan bisa mencetak 2 gol pada menit-menit akhir.
Banyaknya pemain Swiss yang merumput di Budesliga memudahkan Hitzfeld menyusun tim yang efektif dalam menyerang maupun bertahan. Senderos masih menjadi pemain kunci kesebelasan Swiss.
Yang menarik adalah keberhasilan Hitzfeld memadukan pemain muda-senior pada semua lini menjadikan Swiss sebagai salah satu tim yang memiliki komunikasi antarlini yang rapi. Ini penting untuk menghadapi setiap pertandingan terlebih piala dunia yang memerlukan koordinasi setiap saat.
Mehmedi-Shaqiri-Behrami sejauh ini menjadi tiga pemain tengah yang cukup efektif dalam membatu pertahanan-menyerang. Sementara jika dalam performa terbaik, Senderos bersama Inler menjadi menara kembar yang susah ditembus tim lawan.
Argentina, problem terbesar bagi pelatih Argentina adalah menyatukan skill individu yang dimiliki pemain dalam sebuah irama permainan yang padu. Argentina tidak pernah kekurangan stok pemain di semua lini.
Keberlimpahan tersebut merupakan keuntungan sekaligus bisa menjadi sumber malapetaka manakala pelatih tidak mampu mentransformasikan dalam strategi permainan sebuah tim: Bielsa, Pekerman, Basile, Maradona, Batista merasakan bagaimana susahnya mengatur strategi tim yang bertabur bintang.
Kiprah Pekerman selepas menangani tim Argentina sejauh ini justru telah meloloskan Kolombia pada babak perempat final piala dunia 2014.
Dalam 2 (dua) dasa warsa, Argentina tidak pernah melewati babak perempat final piala dunia. Kondisi ini ironis dengan skuad Argentina yang selalu penuh dengan pemain bintang di hampir semua lini.
Saat ini, jika dijadikan 2 (dua) kesebelasan, Argentina memiliki komposisi pemain yang hampir sama kuat. Namun, di lapangan realitasnya bisa berbicara lain. Sepakbola bukanlah matematika. Ada banyak faktor yang mempengaruhi jalannya pertandingan dan hasil akhir.
Di Maria-Rodriquez -Mascherano sesungguhnya bisa menjadi jaminan bagi permainan Argentina yang impresif. Jika ketiga pemain ini bermain dalam koordinasi yang efektif, sejauh ini tidak akan ada tim yang akan mampu menguasai lapangan tengah jika berhadapan dengan Argentina.
Jika dalam performa terbaik, ketiga gelandang Argentina ini layak disebandingkan dengan Koeman-Gullit-Rijkard pada masa jayanya. Kedua kesebelasan akan bertemu pada Selasa (1/7) di Arena de Sao Paulo untuk memperebutkan satu tempat di perempat final.
Sejak awal pertandingan, Sabella akan menginstruksikan pada pemainnya untuk sesegera mungkin menguasai lapangan tengah. Strategi ini dalam upaya meredam pergerakan Shaqiri yang sejauh ini bersama Mehmedi mampu membangun pola serangan yang efektif.
Dengan menguasai lapangan tengah, harapannya Messi bisa menjadi pemain yang bebas posisi. Inilah kekuatan sesungguhnya Messi, bergerak bebas tanpa menempati salah satu posisi. Jika skenario ini bisa berjalan, pertandingan akan berjalan dengan ketat mengingat Hitzfeld adalah salah satu pelatih terbaik dalam strategi bertahan. Muenchen dan Dortmud, telah merasakan sentuhan pertahanan Hitzfeld.
Namun sebaliknya, jika Sabella membiarkan Shaqiri-Mehmedi-Behrami bebas bergerak, Argentina akan kesulitan mengembangkan permainan. Saat ini motivasi Shaqiri berada dalam posisi puncak setelah membuat hattrick ke-100 sejarah penyelenggaraan piala dunia.
Membiarkan ketiga gelandang Swiss bergerak, akan memudahkan pula kedua menara kembar Swiss membantu serangan ke sisi lebar lapangan Argentina, yang itu artinya Argentina hanya akan mengulang kesalahan yang sama empat tahun silam saat dikalahkan Jerman 4 gol tanpa balas. Sepuluh menit pertama akan sangat menentukan, tim mana yang akan lolos ke babak perempat final.
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...