AS Dukung Hak Charlie Hebdo Siarkan Kartun Nabi
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Amerika Serikat pada Selasa (13/1) mengatakan Charlie Hebdo "secara mutlak" memiliki hak mempublikasikan kartun Nabi Muhammad di halaman depan edisi terbaru majalahnya kendati ada kecaman dari sejumlah pemeluk Islam.
Halaman depan mingguan satir itu -- yang pertama sejak banyak stafnya terbunuh dalam serangan senjata pekan lalu di Paris -- memuat kartun Nabi yang sedang menangis di bawah judul "semua dimaafkan", yang memegang satu tanda tertulis "Je suis Charlie" ("Saya Charlie").
Halaman depan itu direproduksi dan dilaporkan di media Barat Selasa (13/1) tetapi dikritik oleh sejumlah pemeluk Islam dan tokohnya yang memandang tiap penggambaran Nabi Muhammad sebagai penghinaan.
Wakil wanita juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Marie Harf mengatakan Washington mendukung hak Charlie Hebdo untuk mempublikasikan gambar itu.
"Apapun pandangan pribadi orang, dan saya tahu ada pandangan-pandangan personal tentang ini, kami pada hakekatnya mendukung hak Charlie Hebdo untuk mempublikasikan hal-hal seperti ini," kata Harf.
"Itulah apa yang terjadi dalam suatu demokrasi. Titik."
Charlie Hebdo akan mencetak hingga tiga juta eksemplar isu baru "Mereka yang Selamat" dalam serangan pekan lalu, pada Rabu -- jauh lebih banyak daripada yang mereka terbitkan sebanyak 60.000 eksemplar sebelum serangan tersebut.
Aksi kerusuhan pecah di dunia Muslim pada 2006 atas pemuatan karikatur Nabi Muhammad yang pertama kali disiarkan oleh surat kabar Denmark, Jyllands-Posten, dan dipublikasikan ulang Charlie Hebdo.
Harf mengatakan sementara Washington mengakui sensitivitas keagamaan atas penggunaan gambar-gambar tersebut, kekerasan tak bisa dibenarkan.
"Saya pikir kami akan menyerukan organisasi-organisasi yang mengelola berita untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mereka pikir penting," kata dia.
"Ada beragam faktor, saya yakin, yang sampai kepada keputusan untuk mempublikasikan, apakah ini kebebasan jurnalistik, apakah ini sensitivitas, sensitivitas keagamaan, yang saya pahami, dan saya paham betapa penting hal itu bagi banyak orang."
"Jangan pernah membenarkan kekerasan atau kebencian. Ada beragam faktor yang mengarah kepada keputusan untuk melakukan ini, dan kami secara absolut mendukung hak organisasi-organisasi ini untuk mempublikasikan secara bebas, titik." (AFP)
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...