Koran Tiongkok: Barat Menuai Akibat dari Ulah Penjajahannya
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Ketegangan keagamaan dan kebudayaan yang dihadapi Barat, merupakan balasan atas perbudakan dan penjajahan, kata koran kelolaan negara Tiongkok pada Selasa (13/1) sesudah serangan pegaris keras atas majalah "Charlie Hebdo".
Tajuk koran Global Times - yang sering bernada nasionalistik - mencibir pawai besar pada akhir pekan lalu di Paris dan tempat lain sebagai "obat penghilang rasa sakit", yang tidak dapat menghentikan peningkatan "benturan peradaban".
Tulisan itu muncul di tengah dukungan untuk mingguan satir Prancis tersebut, yang kantornya di Paris pada pekan lalu diserbu kelompok keras bersenjata, yang membunuh 12 orang.
"Suara menyatakan bahwa yang dialami masyarakat Barat itu adalah imbalan dari tindakan bersejarahnya akan perbudakan dan penjajahan, yang menyebabkan struktur demografi mereka saat ini," kata surat kabar tersebut, yang dekat dengan Partai Komunis Tiongkok berkuasa.
"Masalah pendatang menghasilkan sayap kanan ultra-ekstremis di Eropa, membuat sebagian besar benturan tak terselesaikan," katanya.
Sekitar 1,5 juta orang turun ke jalan di Paris pada Minggu, untuk berkabung atas korban serangan terhadap majalah itu dan mendukung kebebasan berbicara, termasuk beberapa pemimpin dunia.
Tapi Global Times berpendapat bahwa unjuk rasa itu tak dapat membuahkan hasil berarti.
"Kecuali ukurannya mengesankan, pawai besar kesetiakawanan di Paris pada Minggu tampak seperti memberi makan orang sakit dengan obat penghilang rasa sakit," kata koran itu.
"Ketika tenang kembali, jika majalah itu berpegang pada sikapnya terhadap Islam, pemerintah Prancis akan ditempatkan dalam keadaan sulit dan itu akan menjadi lambang benturan peradaban di Eropa," kata dia menambahkan.
Dalam beberapa hari sejak serangan Paris itu, Beijing mengutuknya dan berpendapat bahwa kartun provokatif Charlie Hebdo adalah undangan untuk kekerasan.
Dalam tanggapan pada Senin (12/1), kantor berita resmi Xinhua menyatakan kejadian di Paris itu jangan disederhanakan sebagai serangan terhadap kebebasan pers, karena kebebasan itu sendiri memiliki batas, yang tidak termasuk menghina, mencibir atau mengejek agama atau keyakinan orang lain.
"Sudah saatnya dunia Barat meninjau akar penyebab terorisme serta membatasi kebebasan pers untuk menghindari kekerasan lebih lanjut pada masa depan," kata Xinhua. (AFP)
Editor : Eben Ezer Siadari
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...