AS Harus Lebih Low Profile dalam Pencarian AirAsia QZ8501
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Jeff Rathke mengatakan, Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta telah menerima permintaan bantuan dari Indonesia, pada Senin (29/12) lalu, untuk membantu proses evakuasi pesawat AirAsia QZ8501. Namun, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengaku menerima banyak tawaran bantuan guna melakukan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501, salah satunya dari Amerika Serikat.
Menanggapi hal tersebut, pengamat pertahanan dan keamanan dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Muradi mengaku tidak ingin terjebak dalam konteks siapa yang meminta ataupun menawarkan diri. Menurut dia seharusnya Amerika Serikat dapat bertindak lebih low profile dalam proses pencarian AirAsia QZ8501.
”Seharusnya Amerika Serikat bisa lebih low profile dalam pencarian AirAsia QZ8501 yang jatuh di Laut Jawa pada Minggu (3/1), karena faktanya Indonesia dapat menemukan lokasi jatuhnya lebih cepat,” kata Muradi saat dihubungi satuharapan.com, Sabtu (3/1).
Menurut dia ucapan Jeff Rathke justru menunjukkan ego Amerika Serikat yang ingin merasa dibutuhkan, karena punya sumber daya lengkap. Padahal, bila memperhatikan kemampuan, baik dari segi sumber daya manusia (SDM) dan peralatan, Indonesia mampu melakukan proses pencarian AirAsia QZ8501, tanpa bantuan dari negara lain.
“Itu memang karakter Amerika Serikat, mereka tidak mau disebut menawarkan diri memberi bantuan. Saya pikir aneh, kalau Indonesia sampai meminta bantuan Amerika Serikat, karena sebenarnya kita (Indonesia) memiliki banyak kemampuan, baik dari segi SDM ataupun peralatan,” kata Muradi.
Dia menyampaikan awalnya Indonesia justru menolak bantuan dari negara lain, namun karena berhubungan dengan kemunusiaan, akhirnya Indonesia menerima bantuan yang ditawarkan sejumlah negara tersebut, termasuk Amerika Serikat.
“Kecuali kejadian yang kita alami itu seperti Malaysia Airlines MH370 yang hilang tahun lalu dan sampai hari ini tidak ditemukan, kalau begitu pemerintah layak meminta bantuan negara lain. Tapi ini tidak, Pemerintah Indonesia dapat dengan cepat menemukan lokasi jatuhnya pesawat, walau belum menemukan semua korbannya,” tutur salah satu dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan UNPAD itu.
AS Selalu Begitu
Muradi menjelaskan, Amerika Serikat senantiasa bertindak seperti itu dan merasa diri berada di atas negara lainnya. Contoh, pada Musibah Tsunami yang menimpa Aceh pada tahun 2004, Amerika Serikat mengatakan punya kontribuksi paling tinggi.
“Padahal waktu itu kontribusi paling tinggi berasal dari Singapura dan Australia,” ujar dia.
Menurut Muradi, memang Amerika Serikat memiliki peralatan lebih canggih dalam melaksanakan proses evakuasi atau penyelamatan seperti ini, namun hal tersebut tidak bisa digunakan sebagai alat politisasi kekuatan.
“Masalah terbesar dalam proses seperti ini adalah posisi koordinat bangkai kapal, itu sudah ditemukan, sekarang tinggal bagaimana evakuasi jenazah dan kapal dapat berjalan, itu tidak bisa mereka politisasi,” kata dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...