AS Hentikan Ribuan Program Pendanaan Vaksin Global

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Pemerintahan Donald Trump akan menghentikan pendanaan Amerika Serikat untuk Aliansi Vaksin dan Imunisasi Global (GAVI). Pemerintahan Trump juga akan mengurangi program pemberantasan malaria, hari Jumat (28/3/2025).
Keputusan ini terungkap dalam dokumen yang diperoleh oleh New York Times, berisi spreadsheet setebal 281 halaman dari USAID. Dokumen tersebut dikirim ke Kongres pada hari Senin (24/3/2025) malam dan merinci pemotongan besar terhadap program bantuan luar negeri.
Dalam rencana ini, lebih dari 5.000 program akan dihentikan, sementara kurang dari 900 program akan terus berjalan. Salah satu dampak terbesar dari kebijakan ini adalah pemotongan dana sebesar US$2,6 miliar (setara Rp43 triliun) untuk GAVI.
GAVI merupakan lembaga yang bertugas untuk menyediakan vaksin bagi anak-anak di negara berkembang. Para ahli telah memperingatkan bahwa pemotongan ini akan berdampak serius.
Diperkirakan 75 juta anak akan kehilangan vaksinasi dalam lima tahun ke depan. Hal ini diperkirakan akan berpotensi menyebabkan 1,2 juta kematian akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
AS selama ini menjadi salah satu donor utama GAVI, dengan kontribusi sebesar 13 persen dari total anggaran organisasi tersebut. Selain GAVI, pemotongan ini juga memengaruhi program pengendalian malaria di berbagai negara, termasuk Kamerun dan Tanzania.
Dengan anggaran yang dikurangi, risiko penyebaran malaria di negara-negara tersebut diperkirakan akan meningkat. Hal tersebut akan berujung pada lebih banyak kematian akibat penyakit tersebut.
Meski banyak program dihentikan, AS masih akan mempertahankan beberapa bentuk bantuan luar negeri. Hibah untuk pengobatan HIV dan tuberkolusis akan tetap dilanjutkan, begitu juga bantuan pangan bagi negara-negara terdampak perang dan bencana alam.
Namun, kebijakan ini tetap menuai kritik dari berbagai kalangan, terutama dari pakar kesehatan global. Mereka menilai pemotongan dana ini dapat memperburuk krisis kesehatan di negara berkembang yang mengandalkan vaksinasi dan program pencegahan penyakit.
Tanpa bantuan internasional, negara-negara tersebut akan kesulitan mengatasi wabah penyakit di masa depan. Dampaknya kemungkinan akan dirasakan dalam jangka panjang, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada bantuan kesehatan global dari AS.
Pangkas Anggaran Hingga US$1 Triliun
Miliarder teknologi Elon Musk, yang ditunjuk Presiden AS, Donald Trump, untuk efisiensi anggaran pemerintah, mengatakan pada hari Kamis bahwa ia akan menyelesaikan sebagian besar pekerjaan untuk memangkas pengeluaran federal sebesar US$1 triliun ketika masa jabatannya berakhir dalam waktu 64 hari.
Musk mengatakan kepada "Laporan Khusus dengan Bret Baier" di Fox News bahwa ia yakin Departemen Efisiensi Pemerintahnya dapat menemukan penghematan sebesar US$1 triliun, sehingga mengurangi total pengeluaran federal saat ini dari sekitar US$7 triliun menjadi US$6 triliun.
Musk, orang terkaya di dunia, ditunjuk oleh Gedung Putih sebagai "karyawan pemerintah khusus", yang membatasi pekerjaannya selama 130 hari. Itu berarti masa jabatannya memimpin operasi DOGE dapat berakhir paling cepat pada akhir Mei.
"Saya pikir kami akan menyelesaikan sebagian besar pekerjaan yang diperlukan untuk mengurangi defisit sebesar satu triliun dolar dalam jangka waktu tersebut," kata Musk ketika ditanya oleh Baier tentang masa jabatannya dan seberapa cepat ia berharap untuk mencapai target pemotongan biaya.
“Pemerintah tidak efisien, dan ada banyak pemborosan dan penipuan, jadi kami yakin bahwa pengurangan 15 persen dapat dilakukan tanpa memengaruhi layanan pemerintah yang penting,” kata Musk.
DOGE memperkirakan telah menghemat uang pembayar pajak AS sebesar US$115 miliar hingga 24 Maret melalui berbagai tindakan termasuk pengurangan tenaga kerja, penjualan aset, dan pembatalan kontrak.
Namun, total penghematan yang dipublikasikan di situs web DOGE tidak dapat diverifikasi dan perhitungannya penuh dengan kesalahan dan koreksi. Pakar anggaran mengatakan Musk tidak dapat mencapai targetnya tanpa menyentuh program-program hak seperti Jaminan Sosial, yang telah dijanjikan Trump untuk tidak dipotong.
Wawancara tersebut menandai pertama kalinya Musk dan para letnan utamanya di DOGE bertemu dengan media untuk menjelaskan pekerjaan mereka. Musk bergabung dengan tujuh eksekutif DOGE lainnya, termasuk Steve Davis, presiden perusahaan penggalian terowongan milik Musk, Boring Company, dan Joe Gebbia, salah satu pendiri Airbnb.
"Kecuali upayanya ini berhasil, kapal Amerika akan tenggelam. Itulah sebabnya kami melakukannya," kata Musk, yang juga merupakan CEO produsen mobil listrik Tesla.
Peran Musk dalam memangkas anggaran pegawai federal dan lembaga pemerintah telah menuai reaksi politik dalam beberapa minggu terakhir, dengan mobil dan dealer Tesla dilanda serentetan vandalisme dan demonstrasi di seluruh negeri. (dengan AFP)
Editor : Sabar Subekti

Pengemudi Ojol Berlebaran Sama Presiden di Istana
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Para pengemudi ojek daring (ojek online/ojol) mengungkapkan pengalaman be...