Loading...
DUNIA
Penulis: Melki 07:13 WIB | Kamis, 13 Februari 2025

AS Kelangkaan Telur

Ilustrasi harga telur di Amerika Serikat (Xinhua)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Kelangkaan telur di Amerika Serikat (AS) terus berlanjut dengan harga yang tetap tinggi dan belum adanya tanda-tanda mereda bagi konsumen, ungkap seorang pakar.

Masalah itu telah melanda beberapa jaringan toko kelontong di tengah wabah flu burung terbesar dalam 10 tahun.

Flu burung mendorong para petani untuk menyembelih jutaan ayam, dan hal tersebut telah menyebabkan harga telur di AS naik dua kali lipat sejak 2023. Departemen Pertanian AS memperkirakan harga telur akan naik 20 persen tahun ini.

Dean Baker, seorang ekonom senior di Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan (Center for Economic and Policy Research/CEPR), mengatakan kepada Xinhua bahwa harga telur "telah menjadi sangat tinggi. Tidak tahu apakah harganya akan melonjak lebih tinggi lagi."

Rata-rata harga selusin telur besar kelas A mencapai 4,15 dolar (hampir 68.000 rupiah) pada Desember 2024, naik 14 persen dari 3,65 dolar (60.000 rupiah) pada November, menurut data resmi. Angka tersebut juga menandai kenaikan sebesar 60 persen lebih dari harga 2,51 dolar setahun lalu, lapor CBS News.

Pada Jumat (7/2), rata-rata harga grosir untuk telur besar bercangkang putih mencapai 8 dolar per lusin, mengalahkan rekor sebelumnya dengan selisih yang besar, menurut data dari Expana, yang melacak harga komoditas pertanian, lapor CNBC.

Lebih dari 20 juta ayam petelur di AS mati pada kuartal sebelumnya akibat flu burung, ungkap data dari Departemen Pertanian AS. Dengan flu burung yang terus menyebar, kelangkaan telur kemungkinan tidak akan mereda dalam waktu dekat

"Kita tidak bisa langsung memperbaiki (situasi) keesokan harinya. Ini adalah proses yang memakan waktu enam hingga sembilan bulan. Proses ini menyebabkan kelangkaan di pasar tertentu yang bersifat berkala dan terlokalisasi," kata Emily Metz, presiden sekaligus CEO American Egg Board, seperti dikutip CNN pada Januari.

Jika masalah ini berubah menjadi masalah politik, pemerintahan saat ini dapat dirugikan, di saat inflasi untuk makanan dan tempat tinggal sedang meroket, ujar sejumlah pengamat politik. Hal tersebut terjadi karena pemerintahan saat ini berjanji akan menurunkan inflasi yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya.

Harga telur yang tinggi "sangatlah mempengaruhi banyak orang dan karena itu merupakan biaya yang sangat mencolok. Makanan dan energi merupakan bagian besar dari kehidupan sehari-hari dan jika harga naik di salah satu area tersebut, maka itu akan mudah dirasakan," kata Darrell West, seorang senior fellow di Brookings Institution, kepada Xinhua.

Ketika ditanya apakah dia memproyeksikan adanya dampak ekonomi dari kelangkaan telur yang sedang berlangsung, Baker dari Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan mengatakan bahwa "kelangkaan telur menguras kantong masyarakat, tetapi tidak cukup untuk memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home