AS Kesampingkan Normalisasi dengan Assad dari Suriah
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, memperbaharui oposisi AS untuk normalisasi dengan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, yang telah melihat penerimaan dari negara-negara Arab yang telah menyimpulkan ia memenangkan perang saudara yang brutal.
Bertemu dengan rekan-rekannya dari Israel dan UEA, Blinken mengatakan bahwa kebijakan pemerintahan Presiden Joe Biden di Suriah sebagian besar difokuskan pada bantuan kemanusiaan.
“Apa yang belum kami lakukan, dan apa yang tidak ingin kami lakukan, adalah untuk menyatakan dukungan bagi upaya untuk menormalkan hubungan atau merehabilitasi Assad,” kata Blinken pada konferensi pers bersama, dan tidak menyebut Assad sebagai presiden.
Amerika Serikat belum “mencabut satu sanksi pun terhadap Suriah atau mengubah posisi kami untuk menentang rekonstruksi Suriah sampai ada kemajuan yang tidak dapat diubah menuju solusi politik, yang kami yakini perlu dan vital,” kata Blinken.
Sebuah undang-undang AS yang dikenal sebagai Caesar Act mulai berlaku tahun lalu yang menghukum setiap perusahaan yang bekerja dengan Assad ketika ia berusaha untuk membangun kembali setelah satu dekade perang.
Caesar Act, disertai dengan sejumlah sanksi AS terhadap warga Suriah yang dekat dengan Assad, bertujuan untuk memaksa pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia dan untuk mendorong solusi politik di Suriah.
Uni Emirat Arab sebelumnya mengatakan bahwa Caesar Act mempersulit Suriah untuk kembali ke Liga Arab.
Tetapi masing-masing negara Arab telah melakukan “pemanasan” terhadap Assad, dengan Raja Yordania Abdullah II, sekutu utama AS, awal bulan ini berbicara kepada pemimpin Suriah melalui telepon untuk pertama kalinya sejak perang.
Suriah juga telah bekerja dengan Mesir dan Yordania untuk membawa bahan bakar yang sangat dibutuhkan ke negara tetangga Lebanon, dari mana pasukan Suriah diusir pada tahun 2005.
Perang Suriah telah menewaskan sekitar setengah juta orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan membantu memungkinkan munculnya kelompok ekstremis ISIS yang brutal.
Assad telah menghancurkan oposisi melalui kekuatan brutal dan aliansi dengan Rusia dan Iran, meskipun ia masih tidak memiliki kendali atas wilayah utara yang dikelola baik oleh pejuang Kurdi atau Turki dan proksinya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...