AS Kirim Drone ke Baghdad
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Militer Amerika Serikat mulai mengirim drone atau pesawat tanpa awak ke Baghdad guna melindungi pasukan serta diplomat AS saat tentara Irak bertempur melawan pemberontak Suni di kota strategis yang dikuasai militan, Tikrit.
Ulama tertinggi Syiah Irak mendesak para pemimpin negara tersebut untuk bersatu, setelah Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang semakin terdesak menekankan bahwa langkah-langkah politik diperlukan untuk melawan serangan yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mengusai sebagian besar wilayah di lima provinsi.
Sementara itu, presiden wilayah otonomi Kurdi Irak mengatakan bahwa pemerintahan otonomnya tidak akan mundur untuk memperjuangkan wilayah yang disengketakan, termasuk kota minyak utara Kirkuk, yang kini ikut melawan militan lewat pejuang Kurdi Peshmerga.
Badan-badan internasional juga mengeluarkan peringatan atas konsekuensi kemanusiaan dari pertempuran, dengan 10.000 orang telah melarikan diri dari kota Kristen di utara dalam beberapa hari terakhir dan 1,2 juta lainnya kehilangan tempat tinggal akibat kerusuhan di Irak tahun ini.
Seorang pejabat senior AS mengatakan "beberapa" pesawat tanpa awak bersenjata sedang disiagakan di Baghdad sebagai tindakan pencegahan untuk melindungi warga Amerika di ibu kota Irak tersebut jika diperlukan.
Namun para pejabat mengatakan drone tidak akan digunakan untuk serangan ofensif terhadap militan Suni, yang pimpin oleh jihadis dari Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) dan melibatkan kelompok-kelompok lainnya juga.
Pentagon mengakui bahwa di antara pesawat berawak dan tak berawak yang terbang di atas Irak untuk melaksanakan pengawasan, beberapa membawa bom dan rudal - tanpa menentukan apakah pesawat itu adalah pesawat tanpa awak.
"Alasan utama beberapa pesawat dipersenjatai adalah untuk alasan perlindungan dan kini kami telah mengirim beberapa penasihat militer ke negara itu yang akan beroperasi di luar batas-batas kedutaan," kata juru bicara Laksamana John Kirby.
Maliki menegaskan bahwa "Baghdad aman."
Seorang pensiun jenderal AS, James Conway, menggemakan pernyataan tersebut, mengatakan bahwa "yang terburuk sudah berakhir" saat militan tidak mampu mengambil alih Baghdad, wilayah selatan atau daerah Kurdi.
Di Tikrit, pasukan Irak diterjunkan ke Universitas Tikrit dengan helikopter, dan seorang mayor polisi melaporkan adanya bentrokan periodik di sana pada Jumat (27/6).
Seorang perwira senior militer mengatakan pasukan Irak menargetkan militan di Tikrit dengan serangan udara untuk melindungi pasukan militer yang berada di universitas tersebut dan mempersiapkan diri untuk serangan terhadap kota tempat diktator Saddam Hussein dieksekusi tersebut.
Perwira senior lainnya mengatakan bahwa merebut universitas tersebut adalah langkah penting untuk mendapatkan kembali kontrol Tikrit, dimana militan menguasainya pada 11 Juni lalu.
Operasi tersebut merupakan upaya terbaru untuk mendapatkan kembali kontrol setelah pasukan keamanan kalah dalam menghadapi serangan awal pemberontak pada 9 Juni.
Pemimpin Kurdi Irak Massud Barzani mengatakan Baghdad tidak bisa lagi menolak pemerintahan otonom Kurdi di Kirkuk dan kota-kota lain di mana pasukan pemerintah menarik diri dalam menghadapi serangan militan.
"Kami telah bersabar selama 10 tahun dengan pemerintah federal untuk memecahkan masalah ini (sengketa) wilayah," kata Barzani.
"Ada pasukan Irak di wilayah ini, dan kemudian ada kekosongan keamanan, dan pasukan Peshmerga pergi untuk mengisi kekosongan ini."
Sementara itu Ayatollah Ali al-Sistani, yang dihormati oleh komunitas Syiah, mendesak para pemimpin Irak untuk bersatu dan membentuk pemerintahan dengan cepat setelah parlemen bersidang pada Selasa. (AFP)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...