AS Kirim Kapal Selam Bertenaga Nuklir ke Timur Tengah
100 warga negara Inggris meninggalkan Gaza melalui penyeberangan Rafah ke Mesir.
WASHINGTON-GAZA, SATUHARAPAN.COM-Angkatan Laut Amerika Serikat mengirimkan kapal selam nuklir ke Timur Tengah, kata militer dalam pengumuman media sosial yang jarang terjadi.
“Pada tanggal 5 November 2023, sebuah kapal selam kelas Ohio tiba di wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS,” kata Komando Pusat AS (CENTCOM) dalam sebuah postingan pada hari Minggu (5/10) malam di X (sebelumnya Twitter).
Pengumuman publik yang tidak biasa mengenai posisi kapal selam nuklir di Timur Tengah dipandang oleh banyak orang sebagai pesan pencegahan pemerintahan Presiden AS Joe Biden terhadap saingan regional seperti Iran.
Postingan media sosial tersebut tidak menyebutkan secara spesifik kapal selam tersebut, namun Angkatan Laut AS memiliki empat kapal selam berpeluru kendali kelas Ohio (SSGN). SSGN adalah bekas kapal selam peluru kendali balistik (Rudal) yang diubah menjadi Rudal jelajah Tomahawk.
Seperti kapal selam serang bertenaga nuklir (SSN), SSGN dapat beroperasi tanpa terdeteksi di dekat wilayah musuh untuk waktu yang lama, menurut Dewan Pangkalan Industri Kapal Selam.
Mereka dapat mengerahkan Pasukan Operasi Khusus secara diam-diam dan melakukan operasi penyerangan dengan unsur kejutan bagi musuh dari posisi jarak dekat.
AS telah mengirim dua kapal induk ke wilayah tersebut sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Kapal selam kelas Ohio akan bergabung dengan aset militer AS di wilayah tersebut.
100 Warga Inggris Tinggalkan Gaza
Sementara itu dilaporkan juga bahwa sekitar 100 warga negara Inggris telah meninggalkan Gaza menuju Mesir melalui penyeberangan perbatasan Rafah, dan 14 warga negara Inggris tewas dalam konflik antara Israel dan Hamas, kata seorang menteri pemerintah Inggris pada hari Senin (6/11).
Ada juga “tiga warga negara Inggris yang belum ditemukan,” kata Menteri Keamanan Energi, Claire Coutinho, seraya menambahkan bahwa hal itu “tidak berarti bahwa mereka adalah sandera, namun saat ini kami tidak yakin di mana mereka berada.”
Perbatasan Rafah dibuka pada hari Rabu, sehingga memungkinkan sejumlah warga Palestina yang terluka dan orang-orang dengan kewarganegaraan ganda untuk pergi, semuanya putus asa untuk menghindari pemboman Israel di Gaza, wilayah yang diperintah oleh Hamas.
Mesir mengatakan akan membantu mengevakuasi 7.000 orang asing melalui penyeberangan tersebut.
Namun Hamas mengatakan pada Sabtu (4/11) malam bahwa evakuasi warga berkewarganegaraan ganda dan orang asing ditangguhkan sampai Israel mengizinkan beberapa warga Palestina yang terluka mencapai Rafah sehingga mereka dapat menyeberang untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Jumlah total warga Inggris yang ingin melintasi perbatasan diperkirakan hanya ratusan. Sebanyak 200 warga negara Inggris dan tanggungan mereka di Gaza telah terdaftar pada pihak berwenang untuk meninggalkan Gaza.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan beberapa staf kedutaan dan anggota keluarga telah ditarik sementara dari Lebanon karena “situasi keamanan” di wilayah tersebut.
“Ada pertukaran tembakan mortir dan artileri serta serangan udara yang sedang berlangsung di Lebanon Selatan, di perbatasan dengan Israel. Ketegangan sedang tinggi dan kejadian bisa meningkat jika ada sedikit peringatan,” katanya. (AFP/ Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...