Hizbullah Peringatkan Israel untuk Tidak Lakukan Serangan Pendahuluan ke Lebanon
Menlu AS bahas dengan Israel perlunya jeda kemanusiaan sementara dan lokal di Gaza.
BEIRUT-TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM-Ketua Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan pendahuluan terhadap kelompok Hizbullah Lebanon yang dipimpinnya.
“Saya katakan kepada Israel, jika Anda mempertimbangkan untuk melakukan serangan pendahuluan terhadap Lebanon, itu akan menjadi kesalahan paling bodoh yang Anda lakukan sepanjang hidup Anda,” katanya pada hari Jumat (3/11) mengatakan itu dalam pidato pertamanya sejak konflik antara kelompok militan Hamas dan Israel meletus.
Dia juga mengatakan, apa pun yang dilakukan Israel, mereka tidak akan pernah mampu mengatasi dampak serangan Hamas pada 7 Oktober. Tujuan yang dinyatakan Israel untuk memusnahkan Hamas tidak dapat dicapai, dan menambahkan bahwa selama sebulan penuh, Israel tidak dapat menawarkan “satu pun pencapaian militer.”
Dia menambahkan bahwa operasi Hamas, yang dijuluki “Banjir Al Aqsa”, “100 persen milik Palestina.”
Hassan Nasrallah memuji tindakan militer Hizbullah terhadap Israel, dan sejauh ini, dan menyatakan bahwa hal ini telah menjauhkan pasukan IDF (Tentara Pertahanan Israel) dari perang melawan Hamas, dan menambahkan bahwa “ini bukanlah akhir.”
“Beberapa orang mengklaim Hizbullah akan ikut serta dalam perang ini. Saya beritahu Anda: Kami telah terlibat dalam pertempuran ini sejak 8 Oktober,” katanya. “Beberapa orang ingin Hizbullah terlibat dalam perang habis-habisan, tapi saya dapat memberitahu Anda: Apa yang terjadi sekarang di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon adalah hal yang signifikan, dan ini bukanlah akhir.
“Apa yang telah kami lakukan sejak 8 Oktober belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal strategi perjuangan kami. Setiap hari, kami menjadi sasaran tentara Israel, tank, drone dan sensor, mata dan telinga Israel. Kami telah terlibat dalam pertempuran sesungguhnya. Jumlah syuhada kami, 57 orang, membuktikan hal ini,” katanya.
Dia mengatakan angka-angka ini termasuk anggota Hizbullah, Hamas dan PIJ (Jihad Islam Palestina) di Lebanon. “Operasi kami di perbatasan telah memaksa IDF mengalihkan pasukan, senjata dan peralatan dari Gaza dan Tepi Barat ke front Lebanon. Sepertiga dari IDF kini berkumpul di perbatasan kami,” katanya.
Nasrallah Sebut Israel Rapuh Seperti Jaring Laba-laba
Pemimpin Hizbullah yang didukung Iran juga berterima kasih kepada kelompok-kelompok di Yaman dan Irak karena mengambil bagian dalam pertempuran melawan Israel.
Hassan Nasrallah mengatakan, serangan gencar Hamas pada 7 Oktober dan menyebut Israel “rapuh seperti jaring laba-laba,” dan membenarkan serangan milisi pro Iran terhadap pasukan Amerika Serikat di wilayah tersebut.
“Israel secara keliru mengklaim bahwa Hamas memenggal kepala bayi, namun gagal memberikan bukti apa pun,” meskipun mereka memberikan bukti visual yang mengerikan, “padahal seluruh dunia telah melihat gambar anak-anak Palestina yang dibom di Gaza,” klaimnya.
“AS harus bertanggung jawab dan membayar harga atas kejahatan yang dilakukan Israel di Gaza, oleh karena itu gerakan perlawanan telah menyerang dan akan terus menyerang pasukan Amerika di Irak dan Suriah,” katanya bersumpah.
“Israel telah menunjukkan dirinya sebagai negara yang lemah, rapuh seperti jaring laba-laba, dan memerlukan dukungan Amerika dan Barat,” katanya. “Jika tidak, mengapa angkatan laut AS mengirim kapal induk segera setelah serangan 7 Oktober? Mengapa lagi Biden mengunjungi Israel, bersama sejumlah sekretaris pemerintah Amerika, petinggi militer, dan para pemimpin Eropa?”
“Kemenangan Gaza melawan Israel tidak akan menjadi kemenangan bagi Iran atau Ikhwanul Muslimin, ini akan menjadi kemenangan patriotik bagi Palestina, tetapi juga bagi Mesir, Yordania, Suriah dan juga Lebanon. Oleh karena itu, tugas kami adalah mendukung Hamas di Gaza.”
Ia juga mendesak negara-negara Arab untuk menghentikan ekspor minyak ke Israel. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah membuat klaim, yang oleh Israel dikatakan sebagai palsu, bahwa warga sipil Israel di komunitas perbatasan Gaza dibunuh pada tanggal 7 Oktober oleh pasukan Israel yang “bertindak gila-gilaan karena mereka dikejutkan dan 'mabuk'”, bukan oleh Hamas.
Terdapat banyak sekali bukti visual dan laporan saksi mata bahwa militan Hamas, yang disebut Israel sebagai teroris, membantai ratusan warga sipil dalam sebuah serangan terencana, dan militan Hamas telah mengakui diperintahkan untuk membunuh warga sipil.
“Israel tidak pernah mampu memulangkan sandera tanpa negosiasi,” kata Nasrallah sesumbar.
Menlu AS Bicara Jeda Kemanusiaan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan seruan AS kepada Israel untuk melindungi warga sipil tidak hanya berlaku di Jalur Gaza tetapi juga di Tepi Barat, “di mana kekerasan ekstremis terhadap warga Palestina harus dihentikan.”
Menteri AS menekankan perlunya melindungi warga sipil Gaza, dan Hamas mencatat bahwa mereka menggunakan mereka sebagai tameng manusia. Dia juga membenarkan bahwa dia berbicara tentang keinginan Washington untuk melihat jeda kemanusiaan dalam pertempuran di Gaza.
Dia mengakui bahwa pertanyaan-pertanyaan wajar muncul dalam pembicaraannya dengan para pejabat Israel tentang cara terbaik memanfaatkan jeda tersebut untuk memungkinkan lebih banyak bantuan, menjamin pembebasan para sandera dan mencegah Hamas menggunakan gencatan senjata sementara untuk keuntungannya.
Blinken berkata terus terang: “Kita perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil Palestina.” Dia juga menegaskan kembali bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri, namun “bagaimana mereka melakukan hal tersebut adalah hal yang penting.”
Ia berargumentasi bahwa melindungi warga Palestina adalah “hal yang benar untuk dilakukan” dan kegagalan dalam melakukan hal tersebut “berkontribusi pada Hamas.”
Blinken mengatakan bahwa sama seperti dia sedih menyaksikan pembantaian tersebut berdampak pada anak-anak Israel, dia juga merasakan hal yang sama ketika menyaksikan anak-anak perempuan dan laki-laki Palestina ditarik dari reruntuhan bangunan yang dibom oleh Israel.
“Saat saya melihat mereka, saat saya menatap mata mereka dari layar TV, saya melihat anak-anak saya sendiri,” kata Blinken. “Bagaimana tidak?”
Blinken mengklarifikasi bahwa Hamas tidak peduli dengan warga Palestina dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia, menempatkan infrastruktur dan pejuangnya di bangunan tempat tinggal, sekolah, masjid, dan rumah sakit.
Blinken mengatakan dia berdiskusi dengan Israel tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk berperang dalam kondisi seperti ini, “nasihat yang hanya bisa diberikan oleh sahabat terbaik.”
Blinken juga berbicara tentang kebrutalan serangan Hamas, mengingat pernah melihat rekaman seorang ayah yang menarik kedua putranya untuk menyelamatkan mereka dari bahaya sebelum teroris menembaknya hingga jatuh.
“Di mana ayah,” dia mengutip kata-kata salah seorang anak laki-laki.
“Mereka membunuh ayah,” jawab saudaranya. “Di mana ibu?”
Blinken ingat bagaimana rekaman menunjukkan teroris yang bertanggung jawab membunuh orang tua anak laki-laki tersebut lalu dengan santainya makan dari yang diambil di lemari es.
Blinken menyebutnya “mengejutkan” bahwa kebrutalan pembantaian telah “surut” dalam ingatan banyak orang, tetapi tidak di Israel dan tidak di Amerika Serikat. Dia mencatat bahwa 33 orang Amerika tewas dalam serangan tanggal 7 Oktober bersama dengan 220 warga negara asing. (Reuters/ToI/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...