Kelompok Perlawanan Kuasai Kota Distrik di Myanmar Utara
NAYPYITAW, SATUHARAPAN.COM-Kelompok perlawanan bersenjata yang melawan pemerintah militer Myanmar merebut ibu kota distrik di wilayah utara pada Senin (6/11) setelah menduduki kantor negara dan kantor polisi dalam serangan empat hari, menurut penduduk, koalisi oposisi utama negara itu, dan laporan media.
Kawlin di wilayah Sagaing adalah ibu kota administratif pertama yang direbut oleh kekuatan perlawanan dalam perselisihan yang terus berlanjut sejak tentara merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.
Sagaing telah menjadi benteng perlawanan bersenjata terhadap tentara, yang merespons dengan serangan besar-besaran menggunakan pasukan darat yang didukung oleh artileri dan serangan udara, membakar desa-desa dan mengusir ratusan ribu orang dari rumah mereka.
Kelompok perlawanan yang terorganisir secara longgar dan menentang pemerintahan tentara, yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat, atau PDF, bermunculan di seluruh negeri sejak pengambilalihan kekuasaan oleh tentara.
Mereka telah menjalin aliansi dengan kelompok etnis minoritas bersenjata seperti Kachin dan Karen, yang telah berjuang di daerah perbatasan untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar dari pemerintah pusat selama lebih dari setengah abad.
Kawlin, yang terletak sekitar 200 kilometer di utara Mandalay, kota terbesar kedua di negara ini, adalah kota utama di distrik Kawlin.
Bentrokan dimulai di sana saat fajar pada hari Jumat (3/11) dengan serangan terkoordinasi oleh kekuatan gabungan yang terdiri dari setidaknya tiga kelompok perlawanan lokal termasuk Pasukan Pertahanan Rakyat Kawlin, menurut laporan yang diposting online oleh kelompok media yang bersimpati pada perjuangan perlawanan.
Outlet media termasuk Khit Thit Media juga mengunggah video online yang menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai anggota perlawanan membersihkan mayat tentara dan polisi yang tewas dalam pertempuran dari bangunan yang rusak.
The Associated Press belum dapat memverifikasi secara independen rincian pertempuran di daerah terpencil yang dilanda perang tersebut.
Namun, seorang warga yang diwawancarai melalui telepon mengatakan bahwa pejuang perlawanan merebut kantor polisi Kawlin pada hari Minggu (5/11) malam dan kantor administrasi kotapraja pada hari Senin (6/11) pukul 7:30 pagi, dan pada pagi itu mereka telah menguasai seluruh kota, yang sedang dipatroli oleh polisi kekuatan perlawanan bersama. Dia berbicara tanpa mau disebutkan namanya karena takut ditangkap oleh militer.
Anggota Tentara Kemerdekaan Kachin, sebuah sayap bersenjata dari organisasi politik utama Kachin, Organisasi Kemerdekaan Kachin, termasuk di antara kekuatan perlawanan yang ambil bagian, katanya.
Dia mengatakan pemboman udara dan penembakan yang intens yang dilakukan militer dalam beberapa hari terakhir telah berhenti pada hari Senin, dan pasukan perlawanan bersiap untuk mempertahankan diri dari serangan baru.
Lebih dari 20 anggota militer dan tiga anggota kelompok perlawanan tewas dalam bentrokan, dan Jumlah warga sipil yang tewas dalam pertempuran itu masih dihitung, katanya.
Warga lain yang juga enggan disebutkan namanya karena alasan keamanan mengatakan sekitar 30.000 warga sipil, termasuk narapidana penjara setempat, dievakuasi ke hutan dan desa-desa terdekat oleh kelompok perlawanan untuk menghindari korban jiwa akibat serangan udara.
Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, organisasi utama yang menentang pemerintahan militer, mengatakan dalam pernyataan yang diposting di halaman Facebook-nya bahwa pejuang perlawanan telah menguasai kantor polisi, kantor administrasi umum, sekolah menengah atas, kantor pengelolaan pertanahan dan statistik, serta Myanmar Bank komersil
Dikatakan bahwa ini adalah pertama kalinya ibu kota distrik administratif diserang dan direbut.
Akses terhadap internet dan layanan telepon seluler di wilayah tersebut hampir seluruhnya terputus ketika pertempuran berkecamuk.
Lebih dari selusin warga Kawlin yang telah jauh dari kota tersebut mengatakan kepada AP bahwa sejak Sabtu (4/11) malam mereka belum dapat menghubungi anggota keluarga mereka yang masih berada di Kawlin melalui telepon seluler.
Kemenangan tersebut terjadi sepekan setelah Aliansi Tiga Persaudaraan melancarkan serangan terhadap pemerintah militer dan merebut tiga kota di timur laut negara itu, termasuk perbatasan utama untuk perdagangan dengan China.
Tindakan tak terduga yang dilakukan oleh aliansi tersebut, yang terdiri dari Tentara Arakan, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang, dipandang meningkatkan perjuangan bersenjata nasional untuk menggulingkan rezim militer. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...