AS Kutuk Pembunuhan Jurnalis di Malta
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Amerika Serikat (AS) mengutuk keras pembunuhan wartawan Malta, Daphne Galizia karena menyelidiki korupsi dalam pemerintahan.
“Perbuatan pengecut yang merenggut nyawa seorang wartawan berbakat dan berani...wartawan yang mendedikasikan karirnya untuk berjuang bagi penegakan hukum dan membongkar korupsi,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, hari Selasa (17/10).
Menurutnya Biro Penyelidik Federal FBI cepat menanggapi permintaan Perdana Menteri Malta agar membantu penyelidikan. Tim Forensik Belanda juga sudah berada di Malta untuk membantu penyelidikan.
Mobil Galizia meledak hari Senin (16/10) hanya beberapa saat setelah dia meninggalkan rumahnya. Ledakan membuat mobil itu terbakar dan meluncur ke sebuahlapangan.
Putra Galizia, Matthew Caruana Galizia, melihat mobil ibunya meledak, namun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan sang ibu.
Matthew menulis dalam Facebook “ibu saya dibunuh hanya karena ia berada di antara penegakan hukum dan mereka yang berusaha melanggarnya. Dia juga menjadi sasaran karena dia lah satu-satunya yang berbuat demikian”.
Ratusan orang memprotes pembunuhan itu di depan gedung pengadilan di Malta, hari Selasa.
Galizia sedang menyelidiki dugaan adanya hubungan antara pejabat-pejabat pemerintah Malta dan bank serta perusahaan luar yang sering digunakan untuk mengelak dari kewajiban membayar pajak.
Perdana Menteri Joseph Muscat termasuk di antara yang dicurigai dariinformasi yang diperoleh dari dokumen yang dikenal sebagai “Dokumen Panama”yang merinci tentang pengelakan pajak dimaksud. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...