AS Peringatkan Tak Toleransi Ancaman pada Umat Muslim
ORLANDO, SATUHARAPAN.COM - Pihak berwenang Amerika Serikat memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan mentoleransi ancaman terhadap umat Islam. Pernyataan hari Rabu (15/6) itu dikeluarkan setelah pembantaian di sebuah kelab gay di Orlando yang dilakukan oleh seorang pria Muslim bersenjata.
Pejabat meminta masyarakat untuk membantu dalam penyelidikan pembantaian pada hari Minggu (12/6) di kelab Pulse. Insiden ini merupakan penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika, yang menyebabkan 49 orang tewas dan 53 lainnya luka-luka.
Pelaku penembakan itu adalah Omar Mateen, seorang Muslim warga AS keturunan Afganistan. Dia tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Pihak berwenang menolak untuk mengomentari laporan bahwa istri Mateen ini akan menghadapi tuntutan karena mengetahui niat Mateen untuk melaksanakan serangan. Dan disebutkan bahwa setiap pembicaraan tentang tuntutan adalah "prematur." Namun disebutkan tidak ada yang akan terlewat dalam pembuktian.
Mendapat Ancaman
"Pelanggaran pada hak sipil merupakan prioritas untuk FBI," kata asisten agen khusus, Ron Hopper, seperti dikutip AFP. "Kami akan menyelidiki setiap laporan insiden terhadap individu berdasarkan kelas, setiap kelas yang dilindungi, yang memasukkan masalah ras, agama, dan orientasi seksual."
Jaksa Lee Bentley mengatakan, "Membuat ancaman seperti itu bukan hanya salah, dalam banyak kasus, membuat ancaman seperti ini adalah ilegal. Hentikan saja ancaman seperti itu akan mengganggu apa yang kita lakukan dalam penegakan hukum..."
Anggota komunitas Muslim di kampung halaman Mateen di Fort Pierce mengatakan bahwa mereka mengalami ejekan tak senonoh dalam beberapa hari terakhir, dan bahkan ancaman kematian.
"Kami takut," kata Bedar Bakht, seorang Pakistan pendiam berusia 50 tahunan yang biasa sembahyang di masjid yang sama tempat Mateen sembahyang. Namun motif Mateen melaksanakan pembantaian masih belum jelas.
Pengunjung Reguler
Dalam telepon ke 911 ketika terjadi serangan pada dini hari Minggu itu, dia besumpah setia pada pemimpin kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS). Dan Presiden AS, Barack Obama, mengatakan dia menjadi radikal setelah membaca propaganda ekstrimis di jaringan internet.
Saksi lain mengatakan dia adalah seorang pengunjung reguler kelab Pulse, dan menggunakan aplikasi kencan dengan gay.
"Dia tampaknya terganggu, anak muda yang tidak stabil, marah dan menjadi radikal," kata Obama. Presiden berencana mengunjungi Orlando pada hari Kamis ini waktu AS untuk menunjukkan solidaritas dengan korban dan kerabat orang yang meninggal.
Sebelumnya banyak diberitakan bahwa istri Mateen, Noor Salman (30 tahun), mungkin mengetahui rencana suaminya melakukan serangan. Dan dia bisa menghadapi tuntutan pidana. Namun pihak berwenang menolak untuk mengomentari hal itu.
"Sehubungan dengan istrinya, saya dapat memberitahu Anda bahwa hanya satu dari banyak wawancara yang telah kami lakukan dan kami akan terus melakukan penyelidikan ini," kata Hopper. "Saya tidak bisa mengomentari isi atau mengatakan hasil penyelidikan itu."
Bentley menambahkan, "Saya tidak akan berspekulasi untuk setiap tuntutan yang mungkin diajukan..."
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...