AS Perpanjang Daftar Sanksi pada Rusia
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Amerika Serikat menambahkan dalam daftar individu dan perusahaan Rusia yang dikenai sanksi terkait keterlibatan Rusia pada krisis di negara tetangga Ukraina. Sanksi itu merupaka tindakan menekan Rusia dengan mempengaruhi sektor ekonomi negara itu.
Namun demikian, pihak Rusia, seperti diberitakan media Rusia, Ria Novosti, hari Kamis (17/7) menganggap sanksi AS itu sebagai usaha primitif untuk balas dendam atas peristiwa-peristiwa di Ukraina yang terjadi tidak sesuai rencana Washington.
"Kami menganggap paket baru sanksi Amerika terhadap Rusia untuk menjadi usaha primitif untuk membalas dendam, karena peristiwa di Ukraina tidak berkembang sesuai dengan skenario Washington.
“Upaya keterlaluan dan tidak membumi untuk mempersalahkan Rusia atas perang saudara di negara tetangga yang telah menjadi krisis internal yang mendalam dan telah menyebabkan beberapa korban, membuktikan kegagalan strategi AS dan Kiev dalam mengatasi ketidakpuasan yang luas dari masyarakat," kata sebuah pernyataan yang diterbitkan di website Kementerian Luar Negeri Rusia.
Daftar Sanksi
Pada hari Rabu (16/7) memperbauri daftar individu yang dilarang masuk AS. Update atas Specially Designated Nationals List itu memasukkan nama Sergei Neverov, wakil ketua majelis rendah parlemen Rusia, Igor Shchegolev, seorang pembantu presiden, dan Oleg Savelyev, Menteri Urusan Crimea.
Sedangkan perusahaan yang dikenai sanksi termasuk industri pertahanan, seperti Almaz-Antey Corporation yang memproduksi senjata, Kalashnikov, KBP Instrument Design Bureau, Research and Production Enterprise Bazalt, perusahaan sistem komunikasi Sozvezdie, perusahaan mesin NPO Mashinostroyenia dan Uralvagonzavod, serta dua perusahaan pembuat mesin lainnya.
Washington juga menerapkan sanksi pada perusahaan Rusia di sector energy dan perbankan, termasuk dua perusahaan minyak terbesar, Rosneft dan Novatek yang memproduksi gas.
Di sektor perbankan, AS memberikan sanksi kepada tiga bank besar Rusia, yaitu Rusia Bank Gazprombank, Vnesheconombank, dan Development and Foreign Economic Affairs Bank. Namun Gedung Putih menyebutkan sanksi terhadap sector itu terbatas pada larangan pinjaman berjangka 90 hari dari bank-bank AS, dan bukan pembekuan aset.
Republik Donetsk dan Luhansk memproklamasikan diri di Ukraina timur juga telah dimasukkan dalam daftar sanksi. Dalam daftar itu termasuk rakyat Donetsk, dan pemimpin republik itu, Alexander Boroday yang menjadi lawan yang vokal terhadap pemerintah di Kiev.
Dalam daftar itu disebutkan juga sanksi terhadap Feodosia Oil Products Supply, sebuah perusahaan di Crimea, bekas republik Ukraina yang bergabung Rusia setelah referendum awal tahun ini.
Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh Rusia ikut campur dengan urusan internal Ukraina. Sanksi dengan target sejumlah pejabat dan perusahaan Rusia itu untuk menekan Rusia dengan mempengaruhi ekonomi negara itu. Namun pihak Moskow mengecam tindakan itu dan mengingatkan digunakannya “bahasa” sanksi bisa berefek balik kepada AS.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...