AS Selidiki Apakah COVID-19 dari Laboratorium di Wuhan, China
SATUHARAPAN.COM-China berada di bawah tekanan yang meningkat atas pandemi virus corona dari kekuatan Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, yang mengatakan sedang menyelidiki apakah virus yang telah menginfeksi lebih dari 2,1 juta orang di dunia sebenarnya berasal dari laboratorium di kota Wuhan.
Perhatian baru terhadap peran China datang ketika dunia bergulat dengan krisis pandemi yang telah menewaskan lebih dari 140.000 orang dan menciptakan angka pengangguran yang bersejarah, di mana Inggris, Jepang dan New York, AS memperluas langkah-langkah penguncian.
Presiden AS, Donald Trump, yang awalnya meremehkan penyakit itu, di mana jumlah kematian di AS telah mencapai lebih dari 30.000, telah menyerang China selama beberapa pekan dan tampaknya mendapat dukungan setelah konferensi video di antara para pemimpin negara demokrasi dan industri G7.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mengatakan kepada wartawan bahwa tidak mungkin ada "bisnis seperti biasa" dengan China.
"Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang bagaimana itu muncul dan bagaimana itu tidak bisa dihentikan sebelumnya," kata Raab, yang menggantikan sementara tugas Perdana Menteri Boris Johnson yang sedang dalam pemulih dari infeksi virus itu.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memperingatkan untuk tidak "naif" karena percaya China telah menangani wabah dengan baik. "Jelas ada hal-hal yang terjadi yang tidak kita ketahui," katanya dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.
COVID-19 pertama kali muncul akhir tahun lalu di kota Wuhan, dengan China mengatakan diduga telah ditransmisikan ke manusia di pasar daging yang menyembelih hewan eksotis.
The Washington Post dan Fox News melaporkan ada kecurigaan yang semakin besar bahwa virus itu sebenarnya keluar dari laboratorium sensitif di kota Wuhan yang mempelajari kelelawar, yang disalahkan atas wabah virus corona, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada tahun 2003. Namun tidak ada berita yang mengarah bahwa virus itu disebarkan dengan sengaja.
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan China seharusnya lebih transparan tentang laboratorium. "Kami sedang melakukan investigasi penuh dari segala yang kami bisa untuk mengetahui bagaimana virus ini dapat menyebar, keluar ke dunia dan sekarang telah menciptakan begitu banyak tragedi, begitu banyak kematian," kata Pompeo kepada Fox News.
Tanggapan China
Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, berbicara melalui telepon dan meminta upaya untuk menyalahkan Beijing sebagai kontraproduktif. Xi menyebut upaya untuk mempolitisir pandemi itu "merusak kerja sama internasional," dan Putin mengecam "upaya beberapa orang untuk mencoreng China," menurut kantor berita pemerintah China, Xinhua.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian, sebelumnya membuat marah Amerika Serikat dengan menyebarkan teori tidak berdasar bahwa pasukan AS memperkenalkan virus corona di Wuhan. Dia juga mengatakan dengan mengutip pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengatakan tidak ada bukti virus itu diproduksi di laboratorium.
"Banyak ahli medis terkenal di dunia juga percaya bahwa apa yang disebut hipotesis kebocoran laboratorium tidak memiliki dasar ilmiah," kata Zhao.
Trump juga melakukan serangan terhadap WHO, dengan mengatakan ia akan memotong dana AS untuk badan PBB itu, karena tidak menekan China lebih keras pada pernyataan awal bahwa virus disebutkan tidak dapat menyebar di antara manusia.
Serangan Trump itu hanya mendapat sedikit dukungan internasional. Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyuarakan "dukungan penuh" bagi WHO dalam pembicaraan pemimpin G7. Merkel "menekankan bahwa pandemi hanya dapat dikalahkan dengan respons internasional yang kuat dan terkoordinasi," kata juru bicaranya, Steffen Seibert. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...