AS Setuju Jual Pesawat Tempur F-16 ke Turki
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Pemerintahan Amerika Serikat telah menyetujui penjualan jet tempur F-16 ke Turki setelah pemerintah Turki meratifikasi keanggotaan Swedia di NATO pekan ini. Langkah ini merupakan perkembangan signifikan dalam perluasan aliansi tersebut, yang semakin penting sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Departemen Luar Negeri memberi tahu Kongres tentang persetujuannya atas penjualan F-16 senilai US$ 23 miliar ke Turki, bersama dengan penjualan jet tempur canggih F-35 ke Yunani senilai US$ 8,6 miliar, pada hari Jumat (26/1) malam.
Langkah ini dilakukan hanya beberapa jam setelah Turki menyerahkan “instrumen ratifikasi” untuk aksesi Swedia ke NATO bersama Washington, yang merupakan gudang dokumen aliansi dan setelah beberapa anggota penting Kongres mencabut keberatan mereka.
Penjualan ke Turki mencakup 40 unit F-16 baru dan peralatan untuk memodernisasi 79 armada F-16 yang ada. Penjualan ke Yunani mencakup 40 F-35 Lightning II Joint Strike Fighters dan peralatan terkait.
Sekutu NATO, Turki, telah lama berupaya untuk meningkatkan armada F-16 dan meratifikasi keanggotaan Swedia bergantung pada persetujuan penjualan pesawat baru tersebut. Pemerintahan Biden mendukung penjualan tersebut, namun beberapa anggota parlemen menyatakan keberatan karena masalah hak asasi manusia.
Keberatan tersebut, termasuk dari ketua dan anggota senior Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Senator Ben Cardin dan Jim Risch kini telah diatasi, kata para pejabat.
Cardin mengatakan dalam pernyataannya pada hari Jumat bahwa dia masih memiliki kekhawatiran mengenai catatan hak asasi manusia di Turki, namun menyetujui penjualan tersebut berdasarkan komitmen yang telah dibuat Turki untuk memperbaikinya.
“Saya berharap dapat memulai babak baru dalam hubungan kita dengan Turki, memperluas aliansi NATO, dan bekerja sama dengan sekutu global kita dalam melawan agresi Rusia yang sedang berlangsung terhadap negara-negara tetangganya yang damai,” katanya.
Turki telah menunda persetujuan keanggotaan Swedia di NATO selama lebih dari setahun, dengan alasan karena mereka yakin Swedia tidak menganggap serius masalah keamanan nasional Turki, termasuk perjuangannya melawan militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap Ankara sebagai ancaman keamanan.
Penundaan ini telah membuat frustrasi AS, dan sekutu NATO lainnya, yang hampir semuanya dengan cepat menerima Swedia dan Finlandia ke dalam aliansi tersebut setelah negara-negara Nordik tersebut melepaskan netralitas militer mereka yang telah lama ada setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Aksesi formal Swedia ke NATO kini bergantung pada Hungaria, yang merupakan sekutu NATO terakhir yang belum menyetujui keanggotaannya. Para pejabat AS dan NATO mengatakan mereka memperkirakan Hungaria akan bertindak cepat, terutama setelah keputusan Turki. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...