AS Tarik Pasukan di Pangkalan Udara K1
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Koalisi militer pimpinan Amerika Serikat di Irak pekan ini akan ditarik dari Pangkalan Udara K1di wilayah utara negara itu. Pangkalan tersebut adalah yang ketiga yang ditinggalkan pada bulan ini, sejalan dengan rencana AS untuk mengkonsolidasikan pasukannya di dua lokasi di Irak.
Sebuah serangan roket di pangkalan itu pada akhir Desember menewaskan satu kontraktor Amerika dan menyebabkan serangkaian serangan balasan antara AS dan kelompok-kelompok milisi Irak yang didukung Iran. Serangan-serangan itu berpuncak pada pembunuhan yang diarahkan oleh AS atas Jenderal Iran, Qassem Soleimani, dan seorang pemimpin senior milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.
Pasukan koalisi menyerahkan pangkalan K1 di Provinsi Kirkuk, Irak bagian utara kepada militer Irak, menurut pernyataan koalisi. Setidaknya peralatan senilai US$ 1,1 juta dialihkan ke Irak ketika 300 personel pasukan koalisi beranjak dari situ.
Hingga bulan lalu, ada sekitar 7.500 pasukan koalisi yang berbasis di Irak, termasuk 5.000 pasukan AS.
Penarikan dari Dua Pangkalan
Penarikan juga direncanakan "dalam beberapa hari mendatang" dari dua pangkalan di Irak barat, kata Kolonel Myles Caggins, seorang juru bicara koalisi. Dia mengatakan pasukan sejauh ini telah dipindahkan ke pangkalan-pangkalan lain di negara itu dan beberapa akan pulang dalam beberapa pekan mendatang, tetapi belum menentukan berapa banyak.
Dia mengatakan kedua pangkalan itu adalah Komando Operasi Ninewe di Mosul, kota terbesar kedua di Irak dan yang berada di bawah kendali kelompok Daesh (ISIS dalam akronim bahasa Arab-Red.) dari 2014 hingga 2017, dan bandar udara militer Taqaddum di luar kota Habbaniya, di Sungai Eufrat.
Pangkalan K1 telah menjadi tuan rumah pasukan koalisi sejak 2017 untuk memulai operasi melawan Daesh di daerah pegunungan terdekat. Daerah selatan Kirkuk, dan utara Provinsi Diyala, Salahuddin dan Nineveh tetap menjadi sarang aktivitas Daesh.
Masalah Kurdi dan Irak
Batas wilayah juga masih diperdebatkan antara pemerintah federal Irak dan wilayah otonomi Kurdi, yang telah membangun keamanan sendiri yang menguntungkan kelompok ISIS. Kehadiran koalisi kadang-kadang merupakan kekuatan penengah antara kedua pihak yang bersaing.
Namun seorang pejabat senior koalisi awal bulan ini mengklaim pasukan Daesh tidak mampu mengeksploitasi "celah keamanan" antara pasukan Irak dan Kurdi, seperti yang dilakukan para militan di masa lalu.
"Itu (celah) tidak berarti bahwa Daesh bebas untuk beroperasi dengan cara yang mereka inginkan," kata pejabat itu. "Mereka masih sangat terbatas."
Pejabat koalisi berbicara dengan syarat anonimitas sesuai dengan peraturan.
Pada bulan ini Pasukan koalisi pimpinan AS ditarik dari pangkalan Qayara di Provinsi Ninewe diikuti oleh pangkalan Qaim di dekat perbatasan dengan Suriah. Semua penarikan itu sejalan dengan rencana untuk menarik diri dari pangkalan di seluruh Irak dan mengkonsolidasikan pasukan koalisi di Baghdad dan di Pangkalan Udara Ain al-Asad di gurun barat negara itu.
Penarikan pasukan berjalan sejak akhir tahun lalu, kata pejabat senior koalisi militer, dan dipercepat ketika pasukan Irak membuktikan bahwa mereka mampu menghadapi ancaman Daesh dengan bantuan terbatas dari koalisi.
Para pejabat koalisi mengatakan mereka masih akan membantu pasukan Irak dengan dukungan udara dan pengawasan, tetapi secara signifikan mengurangi pelatihan dan operasi darat, ketika penarikan terbatas terus berlanjut. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...