AS Tawarkan Bantuan Selidiki Pembunuhan Dubes Rusia
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Amerika Serikat (AS) pada Senin (19/12) langsung mengecam pembunuhan duta besar Rusia untuk Turki dan menawarkan bantuan untuk menyelidiki serangan tersebut.
“Amerika Serikat mengecam pembunuhan hari ini di Ankara terhadap Duta Besar Rusia Andrey Karlov,” kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
“Kami mendoakan keluarga yang ditinggalkan, rakyat Rusia dan korban lain yang terluka dalam penembakan ini.”
“Kami siap menawarkan bantuan untuk Rusia dan Turki saat mereka menyelidiki serangan keji ini,” tambahnya.
Kerry menyebut pembunuhan tersebut sebagai “serangan terhadap hak semua diplomat untuk maju dan mewakili negara mereka dengan aman dan selamat di seluruh dunia.”
Kementerian Luar Negeri AS belum menyatakan siapa kemungkinan dalang di balik serangan itu, yang menurut saksi mata dilakukan oleh pria bersenjata yang ingin “balas dendam” untuk Aleppo.
Sebelumnya, seorang polisi Turki menembak mati seorang duta besar Rusia untuk Turki di Ankara pada Senin (19/12).
Andrei Karlov meninggal karena lukanya setelah insiden penembakan itu, yang terjadi menjelang pertemuan penting di Moskow antara Rusia, Turki dan menteri luar negeri Iran terkait konflik Suriah.
Sebuah rekaman dramatis menunjukkan saat diplomat veteran tersebut ditembak dari belakang ketika dia membuka acara pameran foto Rusia di Ankara.
Sejumlah gambar menunjukkan duta besar tersebut berdiri sambil berbicara di podium, sebelum terjatuh ke lantai dan tergeletak saat penyerang itu -- mengenakan jas hitam, kemeja putih dan dasi -- menodongkan pistolnya ke arah para pengunjung lain pameran itu.
Pria tersebut berteriak "Allahu Akbar" dan kemudian bersumpah setia kepada para ekstremis dalam bahasa Arab, seperti yang ditunjukkan dalam rekaman itu.
Kemudian dia mengatakan kepada warga Turki yang ada di pameran itu: "Jangan lupa tentang Suriah, jangan lupa tentang Aleppo. Semua orang yang berpartisipasi dalam tirani ini akan bertanggung jawab."
Sementara para pengunjung lain yang ketakutan bersembunyi di balik meja pameran foto tersebut.
Kantor berita pemerintah Anadolu mengatakan pria bersenjata itu telah "dinetralkan" dalam operasi polisi di dalam gedung pameran itu setelah terjadi baku tembak selama 15 menit.
Dalam operasi tersebut pria bersenjata itu menolak untuk menyerahkan diri kepada polisi.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengidentifikasi penyerang itu sebagai Mevlut Mert Altintas (22), yang bekerja di unit kepolisian anti huru-hara Ankara selama dua setengah tahun.
Sejumlah laporan mengatakan bahwa ibu, ayah dan adik perempuan pelaku tersebut ditahan untuk dimintai keterangan di rumah mereka di Turki barat. (AFP)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...