ASEAN Adakan Pertemuan untuk Myanmar, Demonstrasi Terus Berlangsung
YANGON, SATUHARAPAN.COM-Demonstran di Myanmar mengadakan protes menuntut dikembalikannya pemerintahan Aung San Suu Kyi pada hari Senin (5/4) dan menyerukan perbedaan pendapat nasional yang lebih terkoordinasi terhadap junta militer, ketika negara-negara kawasan bersiap untuk pembicaraan tentang krisis tersebut.
Enam orang tewas pada akhir pekan lalu, menurut para aktivis, saat polisi dan tentara membubarkan secara paksa demonstrasi yang oleh beberapa pengunjuk rasa disebut sebagai "revolusi musim semi."
Sedikitnya 564 orang, termasuk 47 anak-anak, telah tewas oleh pasukan keamanan selama protes menentang kudeta 1 Februari, kata sebuah kelompok aktivis. Gerakan tersebut dilakukan dengan pawai jalanan, kampanye pembangkangan sipil, dan tindakan pemberontakan unik yang diorganisir di media sosial.
Selain penumpasan brutal terhadap protes jalanan, junta telah berusaha untuk menekan kampanye dengan menutup broadband nirkabel dan layanan data seluler.
Pertemuan ASEAN
Brunei, ketua negara-negara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), memberikan dukungannya pada hari Senin (5/4) di belakang pertemuan para pemimpin regional untuk membahas perkembangan di Myanmar dan mengatakan telah meminta para pejabat untuk mempersiapkan pertemuan blok 10 negara itu di Jakarta.
Menyusul pembicaraan antara Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, dan Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah, Brunei mengatakan kedua negara telah meminta menteri dan pejabat senior mereka untuk melakukan "persiapan yang diperlukan untuk pertemuan yang akan diadakan di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia." Namun sejauh ini belum ada kepastian tanggal pertemuan.
ASEAN bergerak dengan konsensus, tetapi pandangan yang berbeda dari anggotanya tentang bagaimana menanggapi penggunaan kekuatan mematikan oleh tentara Myanmar terhadap warga sipil dan kebijakan non intervensi kelompok tersebut telah membatasi kemampuannya untuk bertindak.
Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Singapura semuanya telah menyatakan kekhawatiran atas pembunuhan para demonstran dan mendukung pertemuan tingkat tinggi yang mendesak tentang Myanmar. Selain Brunei, anggota lainnya adalah termasuk Myanmar sendiri, Thailand, Laos, Vietnam dan Kamboja.
Sebelumnya pada hari Senin, demonstran dengan plakat Suu Kyi dan tanda-tanda yang meminta intervensi internasional berbaris di jalan-jalan kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, menurut gambar yang diposting di media sosial.
Bertepuk Tangan untuk Perlawanan
Aktivis menyerukan tepuk tangan secara nasional pada Senin malam untuk menghargai kelompok-kelompok etnis minoritas bersenjata yang mendukung tujuan demokrasi, dan para demonstran muda yang berada di garda depan protes. Mereka mencoba untuk melindungi atau menyelamatkan orang-orang yang terluka oleh pasukan keamanan.
“Ayo bertepuk tangan selama lima menit pada tanggal 5 April, jam 17:00 sore untuk menghormati organisasi Etnis Bersenjata dan pemuda pertahanan Gen Z dari Myanmar termasuk Yangon yang berjuang dalam revolusi... atas nama kami,” kataEi Thinzar Maung, seorang pemimpin protes, memposting di Facebook.
Penentang aturan militer menuliskan pesan protes di telur Paskah pada hari Minggu, seperti "kita harus menang" dan "keluar MAH!", mengacu pada pemimpin junta, Min Aung Hlaing.
Kudeta dan tindakan keras terhadap demonstrasi telah menyebabkan protes internasional, mendorong sanksi Barat terhadap militer dan bisnisnya yang menguntungkan.
Sebanyak 2.667 orang telah ditahan di bawah junta, kata kelompok aktivis Asosiasi Tahanan Politik (AAPP) pada hari Senin. Junta pada akhir pekan mengumumkan surat perintah penangkapan untuk sekitar 60 selebriti, influencer media sosial, model, dan musisi atas tuduhan penghasutan.
Junta juga menerima kritik dan meme komedi yang dibagikan secara luas pada hari Senin setelah klip-nya bocor dari wawancara CNN di mana seorang juru bicara junta ditanyai apa yang akan dipikirkan ayah Suu Kyi dan pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San, jika dia bisa melihat keadaan negara sekarang.
"Dia akan mengatakan 'putriku, kamu bodoh sekali'," kata juru bicara Zaw Min Tun dalam klip tersebut, yang belum ditayangkan oleh penyiar dan difilmkan oleh orang yang tidak dikenal.
Kelompok Pemberontakan
Militer, yang memerintah dengan besi selama setengah abad hingga 2011, telah menyaksikan permusuhan dengan etnis minoritas bersenjata yang menyala kembali setidaknya di dua front, meningkatkan kekhawatiran konflik dan kekacauan yang berkembang di negara itu.
Serikat Nasional Karen, yang menandatangani gencatan senjata pada tahun 2012, telah mengalami serangan udara militer pertama terhadap pasukannya dalam lebih dari 20 tahun, yang mengakibatkan ribuan pengungsi membanjiri Thailand. Pertempuran juga berkecamuk antara tentara dan pemberontak etnis Kachin di utara. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...