ASEAN-Jepang Sepakat Selesaikan Perundingan RCEP
OSAKA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita, dan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI), Hiroshige Seko, sepakat negara-negara anggota RCEP harus menyelesaikan perundingan dengan mencari titik keseimbangan antara ambisi dan sensitivitas negara-negara dalam perundingan RCEP.
“Kami sepakat bahwa RCEP bukan hanya tentang akses pasar, tapi juga tentang peraturan yang harus bersifat fasilitatif bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) agar dapat berkembang lebih baik di era digital dengan memasuki mata rantai suplai regional dan global,” kata Enggartiasto Lukita dalam pertemuan bilateral antara Mendag RI dan Menteri METI di Imperial Hotel Osaka, Jepang, hari Sabtu (8/4).
Pertemuan bilateral tersebut menyoroti perubahan dalam arah perdagangan dunia yang ditandai oleh kebijakan baru Amerika Serikat serta perkembangan yang terjadi di Uni Eropa dalam hubungannya dengan Inggris.
Jepang berharap Indonesia dapat memperkuat kepemimpinannya di ASEAN dalam menghadapi fenomena global tersebut, antara lain melalui percepatan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digagas Indonesia pada tahun 2011.
“Jepang secara khusus menekankan pentingnya prinsip inclusiveness dan innovation-oriented dalam RCEP yang ditunjang oleh kerja sama ekonomi dan peningkatan kapasitas,” katanya.
Mendag mengingatkan bahwa kapasitas ekonomi, kerangka hukum, serta sumber daya manusia di antara negara anggota RCEP sangat beragam, sehingga tidak semua harapan untuk mencapai sebuah perjanjian yang ambisius akan mudah dicapai, terutama pada tahapan awal implementasi.
“Kita perlu menyepakati ‘rules’ yang visioner pada tahap awal. Kita dapat memulainya dengan menyepakati hal-hal yang ‘doable’ untuk saat ini, dan secara paralel merumuskan semacam ‘built- in agenda’ agar ‘rules’ dalam RCEP dapat selalu disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Kita yakin pendekatan seperti itu akan membantu para perunding RCEP untuk menyelesaikan negosiasinya akhir tahun ini,” kata Mendag.
Sementara Menteri METI menanggapi positif usulan Indonesia tersebut seraya menegaskan penghargaan Jepang kepada Indonesia yang memimpin perundingan RCEP ini melalui isu-isu yang cukup sulit.
Dalam kesempatan pertemuan bilateral tersebut, Indonesia juga menegaskan permintaan kepada Jepang untuk mulai melakukan tinjauan lengkap terhadap Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang mulai efektif sejak tahun 2008, terutama karena Indonesia mempunyai kepentingan untuk meningkatkan akses pasar produk pertanian, kehutanan dan perikanan.
Informal AEM-METI Consultations
Para Menteri ASEAN dan Menteri METI Jepang juga melakukan pertemuan infomal untuk membahas hasil-hasil AEM Roadshow dalam konteks Renewed ASEAN-Japan 10-year Strategic Economic Cooperation Roadmap, dan membahas status perundingan RCEP.
Khusus mengenai roadshow dan kerja sama antara Jepang dan ASEAN, Menteri METI dan Menteri- menteri ASEAN sepakat agar kerja sama untuk periode 2016-2025 difokuskan pada “Revolusi Industri 4.0” dan transformasi industri di dalamnya, dengan perhatian khusus pada UKM dan industri “fintech” atau financial technology.
Sementara itu dalam diskusi mengenai RCEP, Menteri METI menyampaikan prioritas Jepang yakni pengembangan e-commerce, penguatan fasilitasi, dan penegakan Hak Kekayaan Intelektual yang efektif guna mendukung kemajuan UKM untuk memasuki mata-rantai suplai regional dan global dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.
Baik Indonesia maupun sejumlah negara ASEAN lainnya sepakat bahwa RCEP harus visioner dan memberi perhatian khusus pada UKM. Namun ASEAN juga berpendapat bahwa tidak semua negara peserta perundingan berada pada tahap kesiapan yang sama.
Menteri-menteri ASEAN mendukung usulan Indonesia mengenai perlunya pendekatan bertahap dalam menyelesaikan perundingan RCEP.
“Sebagai koordinator ASEAN dan Ketua Komite Perundingan RCEP, Indonesia berada dalam posisi unik untuk menilai secara obyektif apa yang ‘doable’ dan apa yang tidak. Karena itulah, Indonesia menyatakan tidak semua ambisi yang tinggi akan dapat diakomodir pada tahap awal. Keenambelas negara yang merundingkan RCEP perlu menyepakati ‘bulit-in agenda’ yang kredibel untuk menyempurnakan perjanjian RCEP ini di masa depan,” imbuh Mendag.
Para Menteri ASEAN juga berkesempatan untuk mengunjungi perusahaan-perusahaan berbasis teknologi, yakni Panasonic dan Shima Seiki. Panasonic bergerak umumnya di bidang elektronik, dengan falsafah utamanya Seisei hatten (lahir, tumbuh, berkembang, dan bertransformasi) dan Sunao (menerima kehidupan secara terbuka dan konstruktif).
Sementara dalam kunjungan ke Shima Seiki, para Menteri ASEAN menyaksikan teknologi wholegarment yang dapat memotong ongkos produksi hingga 30 persen dalam proses pembuatan garmen khususnya produk fashion. (PR)
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...