Ateisme Meningkat di Arab Saudi
JEDDAH, SATUHARAPAN.COM – Arab Saudi adalah pusat Islam dunia. Namun, akhir-akhir ini bermunculan orang-orang yang mengaku diri ateis. Global Post memberitakan pada Kamis (12/6).
Islam muncul dan berkembang dari Arab Saudi. Simbol-simbol utama Islam seperti Ka’bah dan Tanah Suci terdapat di negara ini. Negara berbentuk Kerajaan tetapi berideologi dan berdasar Islam. Hukum yang diterapkan adalah Hukum Islam. Segala aspek hidup berdasar dan bercorak Islam.
Namun belakangan ini ada gejala baru, yaitu bermunculannya orang-orang yang secara pribadi mengakui bahwa mereka menjadi ateis, tidak percaya pada Tuhan dan juga tidak mau beragama. Trend ini adalah sebuah perubahan pola pikir dari sebagian kalangan dalam masyarakat Arab Saudi yang sangat islami ini.
Pengakuan sebagai ateis atau yang teryakini oleh ateisme disampaikan secara pribadi kepada teman-teman mereka atau disampaikan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook dan blog dengan menggunakan nama samaran atau alias.
Seorang konsultan marketing dan aktivis HAM Arab Saudi, Fahad AlFahad, 31 tahun, mengatakan bahwa sudah ada enam orang yang menyatakan kepadanya bahwa mereka menjadi ateis. Seorang jurnalis di Riyadh telah mengamati tren ateisme ini di Arab Saudi mengatakan ”Ide untuk menjadi tidak beragama dan bahkan menjadi ateis menyebar karena adanya kontradiksi antara pengajaran para tokoh agama dengan tingkah laku mereka”. Jadi kekecewaan terhadap idealisme Islam yang diperhadapkan dengan realisme-nya dalam hidup sehari-hari.
Sebuah survei yang dilakukan oleh WIN Gallup International memperlihatkan bahwa 5 % dari 500 orang warga Arab Saudi berpendirian ateis. Ateisme di negara-negara Timur Tengah saat ini tidak lagi menjadi tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Dua stasiun televisi pernah mendiskusikan topik ini dalam acara talk show-nya.
Menanggapi trend ateisme ini, pada 7 Maret 2014, pemerintah Arab Saudi, melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan peraturan yang melarang orang membicarakan ateisme dan melarang orang mempertanyakan dasar-dasar utama ajaran Islam yang merupakan dasar dan ideologi negara atau Kerajaan Arab Saudi. Berita di satuharapan.com beberapa waktu lalu memperlihatkan bahwa pemerintah Arab Saudi menyebut kaum ateis sebagai teroris.
Ateisme yang meningkat di dalam masyarakat Arab Saudi merupakan bentuk penolakan terhadap otoritas agama dan negara. Dua lembaga ini dianggap bersatu dan saling memanfaatkan untuk kepentingannya masing-masing. AlFahad mengatakan “Saya pikir masyarakat mulai tidak suka dengan kontrol mutlak agama terhadap kehidupan mereka, dan bahwa hanya ada satu interpretasi tentang Islam yang harus diikuti”. Seorang mantan pekerja media negara mengatakan “Masjid penuh tapi masyarakat kehilangan nilai-nilai islami; ke masjid seperti praktik mekanis saja, seperti juga orang Kristen harus pergi ke gereja pada hari Minggu. Kami tidak lagi mengerti agama kami. Bukan karena kami menginginkannya tetapi karena visi dan pemahaman kami tentang agama telah dikotori oleh Kerajaan karena ketetapan resmi tentang agama yang hanya menuruti kemauan dan kesenangan Kerajaan”.
Munculnya trend ateisme di Arab Saudi ini bersamaan dengan munculnya kelompok-kelompok radikal Islam dan makin ketatnya kontrol agama di dalam masyarakat tetapi kehidupan para tokoh agama dan penguasa tidak sesuai dengan harapan banyak orang. (wwrn.org/SRR)
Editor : Bayu Probo
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...