Australia Benarkan RI Hentikan Kerjasama Militer
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne, membenarkan pemerintah Indonesia telah mengajukan keberatan atas sejumlah materi pelatihan militer yang berbasis di Perth, yang dilaporkan ditemukan oleh anggota TNI yang berlatih di sana.
"Tentara Australia telah dengan serius memperhatikan keprihatinan yang diajukan dengan serius, dan penyelidikan atas insiden itu sedang diselesaikan," kata Senator Payne dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Sydney Morning Herald.
Sebelumnya, media Australia, ABC, melaporkan keterangan Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayor Jenderal Wuryanto yang mengatakan kerjasama militer antara TNI dengan Angkatan Bersenjata Australia dihentikan. Saat ini sejumlah anggota Kopassus sedang berlatih dengan pasukan Australian Defence Force (ADF di salah satu unit mereka di Perth, Australia Barat.
Tidak terlalu rinci alasan yang dikemukakan Mayjen Wuryanto atas penghentian kerjasama. Ia mengatakan ini adalah masalah teknis dan selalu ada pasang surut dalam setiap kerja sama antarmiliter kedua negara.
Namun, sebelumnya sebuah harian di Indonesia melaporkan seorang instruktur Kopassus tersinggung dengan materi yang dipajang di fasilitas latihan tersebut.
"Material yang dilaminasi tersebut menghina dasar negara Pancasila," menurut koran tersebut.
Wuryanto mengatakan, TNI memutuskan penundaan kerja sama militer dengan ADF setelah melakukan evaluasi. Penghentian kerja sama itu meliputi berbagai aspek, di antaranya latihan bersama, pendidikan, tukar menukar perwira, hingga kunjungan antar pejabat.
Penundaan ini diharapkan bersifat sementara hingga pihak militer Australia melakukan penyempurnaan dan perbaikan atas hasil evaluasi yang dilakukan TNI.
Di Istana Bogor, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui, ada oknum anggota Australian Defence Force (ADF) yang menghina lambang negara Indonesia, Pancasila. Hal ini diketahui berdasarkan laporan pelatih dari Korps Pasukan Khusus (Kopassus) yang mengajar di Sekolah Pasukan Khusus Australia.
Menhan mengatakan, oknum tersebut sudah diberi sanksi oleh ADF.
"Itu kan yang Letnan saja. Kemudian sudah ditegur, sudah dihukum itu," kata Ryamizard, di Istana Bogor, Rabu (4/12/2016), dikutip dari Kompas.
Ryamizard meyakini militer atau Pemerintah Australia sama sekali tidak berniat untuk menghina atau melecehkan Indonesia.
Ia menegaskan, Australia dan Indonesia selama ini selalu menjaga hubungan baik.
"Jangan gara-gara 'curut-curut' enggak jelas itu hubungan negara enggak bagus, enggak baik juga," kata dia.
Menhan mengakui dengan adanya peristiwa ini, kerja sama militer antara TNI dan ADF ditunda.
Ia mengatakan, dalam waktu dekat akan segera menemui Menteri Pertahanan Australia untuk membahas kelanjutan kerja sama militer ini.
"Nanti saya ngomong dengan Menhannya dulu ya. Memang, seharusnya saya kemarin ke sana. Belum karena Menhannya lagi di rumah sakit, mungkin bulan ini akhir saya ke sana," ujar Ryamizard.
Dari informasi yang ditelusuri Kompas, TNI sebelumnya mengirimkan surat kepada ADF pada 9 Desember 2016 tentang penghentian kegiatan kerja sama militer di antara kedua belah pihak.
Hal itu dipicu dengan pengalaman pelatih dari Korps Pasukan Khusus (Kopassus) yang mengajar di sekolah pasukan khusus Australia tersebut.
Saat mengajar, pelatih tersebut mengetahui adanya pelajaran-pelajaran yang isinya menjelek-jelekkan TNI di akademi tersebut.
Saat menghadap kepala sekolah di akademi tersebut untuk mengajukan keberatan, sang pelatih Kopassus tersebut menemukan tulisan lainnya yang isinya justru menghina lambang negara Indonesia, Pancasila.
"Ada kertas tulisan yang di-laminating," demikian sebagaimana dituturkan sumber tersebut.
"Penundaan sementara akan dibatasi sampai dengan hal teknis terkait evaluasi kerja sama disempurnakan. Ukuran waktu tidak ada, kalau hal teknis hasil evaluasi sudah disempurnakan, kerja sama dilanjutkan," katanya.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...