Australia Dorong Peninjauan Independen terhadap WHO
China Menilai Seruan Australia Sebagai Manuver Politik.
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM-Semua negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus mendukung usulan peninjauan independen terhadap pandemi virus corona, kata Perdana Menteri Australia, Scott Morrison pada hari Kamis (23/4), yang kemudian mengancam hubungan tegang dengan China.
Australia telah menjadi salah satu yang melontarkan kritik paling kuat terhadap Beijing atas penanganan penyebaran virus corona, dan Morrison mendesak beberapa pemimpin dunia untuk mendukung penyelidikan internasional tentang asal-usul dan penyebarannya, serta tanggapan WHO.
Pihak China menanggapi dengan kementerian luar negeri pada hari Kamis mengatakan bahwa seruan Australia untuk penyelidikan independen terhadap epidemi virus corona adalah manuver politik dan mengatakan negara itu harus mengakhiri bias ideologisnya.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Geng Shuang, juga mengatakan bahwa China tidak memiliki pasar basah satwa liar, menanggapi pertanyaan tentang komentar Sekretaris Negara Amerika Serikat, Mike Pompeo, yang menyerukan agar China menutup semua pasar basah satwa liar di negara itu.
Wabah COVID-19 berasal dari China dan telah menyebar dan menginfeksi sekitar 2,3 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan hampir 160.000, menurut perhitungan Reuters. Beijing dengan keras telah menolak permintaan untuk penyelidikan, menggambarkan upaya tersebut sebagai propaganda yang dipimpin AS melawan China.
Sidang WHO 17 Mei
Morrison mengatakan semua anggota WHO harus diwajibkan untuk berpartisipasi dalam peninjauan, menambahkan bahwa Australia akan mendorong penyelidikan selama sidang WHO pada 17 Mei. "Kami ingin dunia lebih aman dalam hal virus... Saya berharap negara lain, baik China atau siapa pun, akan berbagi tujuan itu," kata Morrison di Canberra.
China adalah mitra dagang terbesar Australia, tetapi hubungan diplomatik telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir di tengah tuduhan bahwa Beijing telah melakukan serangan dunia maya dan telah berusaha untuk mencampuri urusan dalam negeri Canberra.
Seruan Australia untuk penyelidikan akan mendapat dukungan dari Gedung Putih, yang telah kritis terhadap penanganan pandemi China dan WHO, dan telah menarik dukungan dana atas badan PBB itu. Namun China pada hari Kamis mengatakan akan menyumbangkan tambahan US$ 30 juta kepada WHO.
Tampaknya ada sedikit antusiasme untuk penyelidikan di Eropa, dengan Perancis dan Inggris mengatakan sekarang bukan saatnya untuk mencari kesalahan. Angela Merkel, Kanselir Jerman, mengatakan pada hari Kamis (23/4) bahwa WHO adalah "mitra yang sangat diperlukan" dan negara mendukung mandatnya.
Penutupan Pasar Basah
Komentar Morrison datang hanya beberapa jam setelah seorang pejabat senior pemerintah Australia meminta negara-negara G20 untuk mengakhiri pasar basah satwa liar atas kekhawatiran mereka menjadi ancaman bagi kesehatan manusia dan pasar pertanian.
Wabah di China diperkirakan telah dimulai di pasar basah di kota Wuhan. Pasar basah adalah aspek kunci dari kehidupan sehari-hari di China, meskipun tidak semua menjual satwa liar.
China memberlakukan larangan sementara untuk menjual satwa liar pada 23 Januari dan sekarang sedang meninjau undang-undang untuk membatasi perdagangan hewan liar komersial secara permanen.
Menteri Pertanian Australia, David Littleproud, mengatakan bahwa ia telah meminta pejabat pemerintah dari kelompok 20 ekonomi utama (G20) untuk mendukung rencana mengakhiri pasar basah satwa liar.
Pejabat AS juga telah menyerukan agar pasar basah satwa liar di seluruh Asia ditutup. Pasar basah ada di seluruh Asia yang menjual sayuran segar, makanan laut, dan daging, dengan beberapa juga menjual hewan eksotis.
Kasus Princess Ruby
Australia berhasil memperlambat penyebaran virus corona, dengan infeksi baru di bawah 1% sehari. Australia memiliki sekitar 6.600 kasus virus corona dan 76 pasien meninggal. Sekitar sepertiga dari kasus di Australia dapat ditelusuri ke kapal pesiar dan satu kapal, Ruby Princess yang dimiliki oleh Carnival Corp, yang bertanggung jawab atas sekitar 10% dari kasus.
Pihak berwenang memberikan izin kepada Ruby Princess untuk menurunkan 2.700 penumpangnya bulan lalu tanpa pemeriksaan kesehatan, dan polisi sedang menyelidiki apakah operator kapal sengaja membiarkan pasien virus corona turun.
Princess Ruby, yang telah berada di Australia sejak Maret, diperkirakan akan berangkat pada hari Kamis hanya dengan kru, meskipun tidak jelas ke mana ia akan pergi.(Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...