Australia Minta G20 Akhiri Pasar Basah Hewan Liar Terkait Corona
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM – Australia meminta negara-negara anggota G20 untuk mengakhiri pasar basah yang menjual daging hewan liar, karena lokasi itu mengancam kesehatan manusia dan pasar pertanian.
Langkah itu kemungkinan akan memperburuk hubungan dengan China, setelah Canberra meminta agar penyelidikan internasional digelar pada penularan virus corona, yang kini menjadi pandemi global.
Menteri Pertanian David Littleproud pada Kamis (23/4) menyebutkan, dia telah meminta pejabat pemerintahan negara-negara G20 untuk mendukung rencana mengakhiri pasar basah tersebut.
"Ada sejumlah risiko pada pasar basah hewan liar dan bisa menjadi risiko besar bagi industri pertanian kita, serta kesehatan publik," kata Littleproud dalam wawancara di stasiun televisi Channel 7.
Pandemi COVID-19 berasal dari China, dipercaya mulai menyebar di pasar basah hewan liar di Kota Wuhan episentrum wabah. Pasar basah di China menjadi aspek kunci keseharian masyarakat di sana, meskipun tidak semua menjual daging hewan liar.
Littleproud tidak menyebut langsung soal China, namun ia mengeluarkan pernyataan itu setelah Australia meminta agar penyelidikan internasional dilakukan terhadap awal dan penanganan pandemi virus corona.
China pada Januari memberlakukan pelarangan sementara bagi penjualan hewan liar, dan kini tengah mengkaji regulasi untuk membatasi jual beli tersebut secara permanen.
Perdana Menteri Scott Morrison, dalam cuitan di Twitter pada Rabu (22/4), menyebut dia membicarakan isu penyelidikan terkait pandemi COVID-19, dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump dan sejumlah pemimpin negara berpengaruh.
Berhubungan dengan itu, pejabat pemerintahan AS juga mengajukan permintaan yang sama dengan Australia, yakni penutupan pasar basah hewan liar di wilayah Asia.
Sementara itu, Prancis dan Inggris mengatakan saat ini merupakan waktu untuk melawan virus corona, bukan menunjuk siapa yang melakukan kesalahan.
China menuduh para pembuat kebijakan Australia justru hanya mengikuti instruksi dari Pemerintah AS mengenai aspek itu.
China adalah rekan dagang terbesar Australia, namun hubungan diplomatik kedua negara mengalami ketegangan dalam beberapa tahun belakangan, di tengah tuduhan bahwa China melakukan serangan siber dan berupaya mencampuri urusan dalam negeri Australia.(Ant/Reuters)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...