Australia Kewalahan Menghadapi Arus Pencari Suaka
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Austraia makin kewalahan menghadapi arus yang makin deras dari pencari suaka di Negara itu. Setidaknya setiap hari ada 100 orang pencari suaka yang memasuki Australia, dan di Pulau Chrismas yang terletak di perairan utara Negara benua itu terdapat 4.000 lebih pencari suaka.
“Mereka (para pencari suaka) makin lama makin banyak,” kata sumber di Angkatan Laut Australia seperti di The Australian, Kamis (18/7/). Sebelumnya, kapal Angkatan Laut Bathurst bekerja keras menyelamatkan sebuah perahu berpenumpang 80 orang pencari suaka.
Gelombang pencari suaka ke Australia sebagian besar datang dari Asia dan Timur Tengah. Mereka antara lain memanfaatkan Indonesia dan Timor Leste untuk batu loncatan mencapai negeri kanguru itu.
Gelombang pencari suaka ini meningkat tajam sejak pemerintah yang dikuasai oleh Partai Buruh melonggarkan ketentuan imigrasi pada 2008. Dan berbagai pihak dio Australia telah melontarkan kritik sebagai kekeliruan.
Diperkirakan saat ini setidaknya ada 46.300 pencari suaka yang tiba di Australia. Sekitar sepertiga dari mereka datang pada tahun 2013 ini. Fasilitas di Pulau Christmas untuk pencari suaka hanya mampu menampung sekitar 2.700 orang. Namun sekara di sana ada hamper 4.000 orang.
Kebijakan Tegas
Perdebatan terjadi tentang gelombang pencari suaka. Apakah mereka meninggalkan negaranya karena tekanan politik atau perang, atau alasan ekonomi. Namun demikian, Perdana Menteri Australia, Kevin Ruud, telah menegaskan akan mengambil kebijakan yang tegas dan jelas tentang hal ini.
Rudd mengatakan, keputusan garis keras ini diambil untuk menjamin keamanan perbatasan. Hal ini juga bertujuan untuk medorong orang untuk tidak melakukan perjalanan berbahaya ke Australia dengan perahu.
"Negara kita telah cukup banyak kemasukan manusia pencari suaka yang dieksploitasi, dan melihat mereka tenggelam di laut lepas," katanya.
Ribuan orang tercatat telah tenggelam di perairan dalam upaya mencapai Australia dalam perjalanan laut dengan perahu yang tidak layak dan sarat penumpang.
Sementara itu, dari Timor Leste, mantan Perdana menteri negara itu, Jose Ramos Horta, meminta negara itu mau menerima pencari suka, khususnya warga Muslim Rohingya.
“Saya menyerukan kepada Presiden Taur Matan Ruak dan Perdana Menteri, Xanana (Gusmao) untuk menerima orang-orang yang terusir dan teraniaya untuk tinggal di negeri kita. Sebenarnya kita bisa berbagi rumah beratap bambu kita, makanan, nasi, singkong, dan air kelapa dengan saudara kita dari Myanmar,” kata dia.
Namun umumnya mereka ingin mencari suaka di Australia, dan bukan di Timor Leste.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...