Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 11:49 WIB | Kamis, 11 Juli 2024

Australia: Peretas Yang Didukung China Berada di Balik Kejahatan Dunia Maya

Sebuah laporan bersama yang dipimpin oleh Pusat Keamanan Siber Australia mengatakan bahwa para peretas, bernama APT40, telah melakukan operasi siber jahat untuk Kementerian Keamanan Negara China, badan utama yang mengawasi intelijen asing. (Foto ilustrasi: dok. Ist)

CANBERRA, SATUHARAPAN.COM-Badan keamanan siber pemerintah Australia pada hari Selasa (9/7) menuduh kelompok peretas yang didukung China mencuri kata sandi dan nama pengguna dari dua jaringan Australia yang tidak disebutkan namanya pada tahun 2022, dan menambahkan bahwa kelompok tersebut tetap menjadi ancaman.

Sebuah laporan bersama yang dipimpin oleh Pusat Keamanan Siber Australia mengatakan para peretas, bernama APT40, telah melakukan operasi siber jahat untuk Kementerian Keamanan Negara China, badan utama yang mengawasi intelijen asing.

“Aktivitas dan teknik tersebut tumpang tindih dengan kelompok yang dilacak sebagai Advanced Persistent Threat (APT) 40,” kata laporan tersebut, yang mencakup masukan dari badan keamanan siber terkemuka di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.

Kedutaan Besar China di Australia tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Pejabat AS dan Inggris pada bulan Maret menuduh Beijing melakukan kampanye spionase dunia maya yang diduga merugikan jutaan orang termasuk anggota parlemen, akademisi dan jurnalis, serta perusahaan termasuk kontraktor pertahanan. Mereka mengatakan “APT31” yang didukung China bertanggung jawab atas intrusi jaringan.

China pada saat itu mengatakan tuduhan peretasan yang dilakukan AS dan Inggris adalah 'manuver politik'.

APT adalah istilah umum untuk aktor atau kelompok siber, yang sering kali didukung oleh negara, yang terlibat dalam aktivitas siber yang berbahaya. Selandia Baru pada bulan Maret mengatakan APT40 menargetkan layanan parlemen dan kantor penasihat parlemen pada tahun 2021 dan telah memperoleh akses terhadap informasi penting.

“(Pemerintah Australia) berkomitmen untuk membela organisasi dan individu Australia dalam ranah siber, itulah sebabnya untuk pertama kalinya kami memimpin jenis atribusi siber ini,” kata Menteri Pertahanan, Richard Marles, dalam pernyataan yang dirilis kepada media.

Laporan ini muncul ketika Australia dan China sedang membangun kembali hubungan setelah periode hubungan yang tegang. Hubungan keduanya mencapai titik terendah pada tahun 2020 setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen mengenai asal-usul COVID-19. Beijing menanggapinya dengan mengenakan tarif terhadap beberapa komoditas Australia, yang sebagian besar telah dicabut. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home