Austria Nobatkan Ganja sebagai Tanaman Obat Tahun 2018
AUSTRIA, SATUHARAPAN.COM – Herbal Medicinal Products Platform Austria (HMPPA), sebuah jaringan ilmiah di bidang obat-obatan herbal, memilih ganja sebagai tanaman obat tahun 2018. Terpilihnya tanaman ganja berdasarkan berbagai kriteria, di antaranya studi terbaru, kepentingan ekonomi dan hubungannya dengan Austria.
Untuk pengobatan, ekstrak tanaman ini dapat dibeli secara legal di Austria. Begitu pula di Belgia, Belanda, Spanyol, Italia, Finlandia, Portugal, Republik Cheska, Israel, Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan 20 negara bagian di AS, ganja atau zat aktifnya dapat digunakan secara medis.
Ganja, dikenal sebagai tanaman memabukkan dan juga memiliki manfaat medis. Ganja mengandung lebih dari 400 unsur yang saat ini masih diteliti. Penelitian terutama difokuskan pada dua zat aktif, yakni THC dan CBD.
Senyawa obat psikoaktif THC (tetrahydrocannabinol), digunakan dalam pengobatan kanker. THC terbukti membantu melawan mual dan meningkatkan nafsu makan (misalnya untuk anoreksia). Selain itu, THC bisa menghilangkan rasa sakit dan mengendurkan otot. Ganja telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1990an melawan spastisitas dan multiple sclerosis.
Unsur lainnya yang hampir sama sekali psikoaktif, cannabidiol (CBD), membantu epilepsi dan skizofrenia anak usia dini. Selain itu, CBD juga digunakan dalam transplantasi sumsum tulang, jika terjadi reaksi donor-ke-penerima. Pada tahun 2019, obat pertama dengan bahan aktif CBD akan diluncurkan di pasar Austria.
Baru-baru ini, sebuah studi oleh Universitas Bonn dan Universitas Ibrani di Yerusalem, telah membuktikan bahwa THC dalam jumlah kecil bisa memperlambat proses penuaan otak.
Menurut World Drug Report 2017, sekitar 183 juta orang di seluruh dunia menggunakan ganja. Dan di Jerman, ganja merupakan narkoba terlarang yang paling sering digunakan. Negara-negara ekspor utama obat ganja adalah Maroko dan Afghanistan.
Sepuluh Keajaiban Medis Mariyuana
Mencegah Serangan Epilepsi
Tahun 2013 lalu, peneliti Virginia Commonwealth University menemukan senyawa dalam mariyuana bisa mencegah serangan epilepsi. Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, itu menyebut senyawa cannabinoids bekerja dengan mengikat sel otak yang bertanggung jawab mengatur rangsangan dan rasa tenang pada manusia.
Meringankan Glaukoma
Sejak lebih dari sepuluh tahun silam National Eye Institute (NEI) di Amerika Serikat, telah menyarankan penggunaan ganja untuk mengurangi gejala glaukoma. Penyakit ini memicu pembesaran bola mata yang kemudian menekan saraf mata dan menyebabkan gangguan penglihatan. Mengkonsumsi ganja dengan mengisapnya, menurut NEI, dapat meringankan tekanan pada saraf mata.
Memerangi Alzheimer
Sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Alzheimer’s Disease mengungkap, dosis kecil tetrahydrocannabinol, senyawa yang terdapat di dalam tumbuhan mariyuana, dapat memperlambat pembentukan plak amiloid, yang membunuh sel otak dan bertanggung jawab atas penyakit Alzheimer. Selama eksperimen peneliti menggunakan minyak cannabis.
Membunuh Kanker
Pemerintah Amerika pada 2015, akhirnya mengakui khasiat mariyuana memerangi penyakit kanker. Sebelumnya sebuah studi yang dipublikasikan di situs pemerintah cancer.org mengungkap, senyawa cannabinoids mampu membunuh sel kanker dan memblokir sejumlah pembuluh darah yang dibutuhkan tumor untuk tumbuh. Cannabinoids antara lain efektif mengobati penyakit kanker usus, kanker payudara dan kanker hati.
Redam Efek Kemoterapi
Berbagai studi mengungkap, ganja sangat efektif meredakan dampak samping kemoterapi, yakni rasa mual, muntah dan hilang nafsu makan. Badan Pengawas Obat AS, FDA, sejak beberapa tahun telah mengizinkan terapi obat-obatan berbasis cannabinoid, untuk pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
Meredakan Penyakit Autoimun
Autoimun, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh manusia membunuh sel-sel sehat daripada memerangi penyakit. Hasilnya organ tubuh sering diserang radang. Tahun 2014 silam, peneliti dari University of South Carolina menemukan senyawa THC di dalam ganja, mampu mengubah molekul dalam DNA yang bertanggungjawab mempercepat proses peradangan. Sejak saat itu cannabis digunakan untuk merawat pasien autoimun.
Melindungi Otak
Peneliti dari University of Nottingham, berhasil membuktikan bahwa ganja mampu melindungi otak dari kerusakan yang disebabkan serangan stroke. Studi tersebut menyebut ganja membatasi area di dalam otak yang terkena dampak stroke. Kendati belum diuji klinis, temuan tersebut memperkuat teori lain bahwa mariyuana juga mampu meminimalisasi kerusakan akibat trauma atau geger otak.
Menghambat Sklerosis Ganda
Sklerosis ganda adalah, gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang merusak lapisan lemak pelindung saraf manusia. Akibatnya saraf mengeras dan menyebabkan kejang-kejang yang memicu rasa sakit luar biasa. Sebuah studi yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal tahun lalu menyebut cannabis dapat meringankan gejala kejang pada pasien sklerosis ganda.
Meringankan Rasa Sakit
Sebagian penderita diabetes mengalami kerusakan saraf di bagian kaki dan tangan. Gejalanya adalah rasa terbakar di bagian tubuh tersebut. Belum lama ini peneliti University of California, menemukan cannabis efektif meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf. Namun hingga kini Badan Pengawasan Obat AS, FDA, belum memberikan lampu hijau buat terapi ganja untuk pasien diabetes.
Meringankan Efek Samping Hepatitis C
Serupa obat kanker, terapi obat buat meredam hepatitis C picu efek samping seperti lelah, mual, otot pegal, kehilangan nafsu makan dan depresi. Namun studi yang diterbitkan di European Journal of Gastroenterology and Hepatology, mengungkap lebih dari 86 persen pasien mampu menuntaskan terapi hepatitis C dengan mengkonsumsi ganja. Cannabis diyakini mampu meredam efek samping terapi hepatitis C. (dw.com)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...