Daruju Berpotensi Antikanker Hati
SATUHARAPAN.COM – Tumbuhan daruju? Mungkin masih terdengar asing di telinga kita. Tetapi, daruju sangat terkenal di dunia pengobatan herbal.
Daruju, deruju, atau jeruju atau holly mangrove dalam bahasa Inggris, adalah tanaman semak, yang memiliki bentuk unik pada bagian daun. Daruju tumbuh liar di daerah pantai, di tepi sungai, atau di tempat-tempat lain yang tanahnya berlumpur dan berair payau.
Mudah menandainya. Bagian pinggir daunnya bergerigi besar dengan ujung yang lancip dan tajam pada tiap ujungnya. Warna daunnya hijau mengkilat sedikit kekuning-kuningan. Warna daun dan bunganya sangat menarik, ungu agak kebiruan.
Di balik semua itu, tumbuhan semak ini punya kontribusi yang tidak bisa dibilang sedikit, di dunia kesehatan. Menurut penelitian daruju mengandung flavonoid dan asam amino. Dalam pengobatan Tiongkok, tanaman ini dikatakan dapat bersifat antiradang, ekspektoran, antineoplastik, dan pembersih darah.
Tumbuhan daruju, juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam olahan aneka panganan seperti teh dan kerupuk. Teh daruju merupakan minuman herbal tradisional dan sudah dikenal dalam kehidupan masyarakat Melayu. Hutan mangrove di pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) dikutip dari greeners.co, memiliki potensi istimewa dengan menawarkan sensasi menikmati teh daruju atau teh ilicifolius.
Tim peneliti dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar, menguji toksisitas ekstrak daun daruju. Hasil penelitian ekstrak daun daruju memiliki bioaktivitas tinggi, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker.
Tim peneliti Pusat Studi Biologi Kelautan Annamalai Universitas Paranjipattai Tamil Nadu India, dilaporkan juga telah meneliti efek antikanker pada daun daruju pada sel karsinoma hepatoselular. Mereka ingin mengetahui potensi daruju pada kanker hati. Hasil penelitian menunjukkan daun daruju memiliki sifat antikanker. Walaupun demikian perlu ada penelitian lanjutan yang bersifat komprehensif.
Pemerian Botani Tumbuhan Daruju
Tumbuhan daruju, dikutip dari usu.ac.id, memiliki nama ilmiah Acanthus ilicifolius, tumbuh di kawasan mangrove, dan sangat jarang di daratan. Daruju memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat. Daruju memiliki kemampuan menyebar secara vegetatif, karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh. Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan serangga.
Tumbuhan herba rendah ini, terjurai di permukaan tanah, kuat, tinggi mencapai 2 m. Cabang umumnya muncul dari bagian-bagian yang lebih tua. Tegak tapi cenderung kurus sesuai dengan umurnya. Akar udara muncul dari permukaan bawah horizontal.
Daun daruju, memiliki dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal, letaknya berlawanan, berbentuk lanset lebar, ujungnya meruncing dan berduri tajam.
Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder. Pinak daun tersebut tetap menempel seumur hidup pohon. Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo.
Daruju, selain memiliki bunga indah yang dapat digunakan sebagai tumbuhan hias atau tumbuhan ornamental, juga dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran. Mengutip dari biodiversitas.mipa.uns.ac.id, daruju termasuk jenis vegetasi mangrove yang mengalami tekanan lingkungan, karena peningkatan pencemaran limbah domestik, industri, pertanian, dan limbah toksik lainnya. Daruju selain sebagai tumbuhan indikator (fitoindikator), juga dapat digunakan dalam monitoring kualitas suatu lingkungan secara kuantitatif. Keuntungan monitoring dengan tumbuhan (fitomonitoring), selain dapat mengetahui kualitas lingkungan juga memberikan informasi mengenai sumber efek.
Kondisi kawasan mangrove yang rusak ditunjukkan dengan dominasi jenis daruju. Tingkat kerusakan mangrove berkorelasi dengan kelimpahan, kerapatan dan hadirnya daruju di suatu lokasi. Jenis ini dapat digunakan dalam memetakan dan memantau kerusakan mangrove.
Dalam bahasa Inggris, daruju disebut holly-leaved acanthus, sea holly, atau holy mangrove. Dalam bahasa Mandarin, tumbuhan ini disebut lao shu le.
Tumbuhan daruju, dikutip dari iucnredlist.org, berasal dari India Selatan dan Sri Lanka, yang kemudian menyebar ke Indocina, Indonesia, Filipina, dan Australia utara. Tumbuhan ini juga ditemukan di Malaysia, namun dikategorikan tumbuhan langka.
Daruju dijumpai di hutan-hutan mangrove Tiongkok selatan (yaitu Delta Sungai Mutiara, Tiongkok). Kini tumbuhan daruju, banyak tumbuh luas di seluruh hutan mangrove di India, termasuk di Benggala barat, pantai barat, dan Andaman, dan di negara-negara Asia lain seperti Burma, Thailand, Indonesia.
Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman daruju, seperti dikutip dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian – Kementerian Pertanian, adalah saponin, flavonoida, dan polifenol, yang banyak terdapat pada daun, akar, dan biji daruju.
Daunnya mengandung senyawa verbaskosida dan asam fenolat. Pengolahan daun daruju menjadi teh merupakan produk yang memiliki nilai fungsional dan ekonomis yang tinggi. Daun daruju dapat diproses menjadi teh hijau dan juga teh hitam. Teh daruju berkhasiat mengobati berbagai penyakit seperti demam, sakit perut, cacingan, bisul, alergi pada kulit, batuk, dan rematik.
Daruju juga bisa dibuat kerupuk, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, seperti dikutip dari Vivanews.com, Senin 30 Juni 2014. Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) itu, telah membantu masyarakat Dusun Baros untuk memanfaatkan daun daruju untuk diolah menjadi kerupuk, sehingga mempunyai nilai jual.
Manfaat Herbal Daruju
Daun, biji, dan akar tumbuhan daruju, dikutip balittra.litbang.pertanian.go.id, berkhasiat sebagai obat cacing. Di samping itu, daun muda berkhasiat sebagai obat sakit perut. Kandungan daun, akar, dan biji tumbuhan daruju mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol. Bijinya juga mengandung alkaloida.
Akar daruju,yang memiliki kandungan kimia flavones dan asam, rasanya pahit, sifatnya dingin dan berkhasiat sebagai anti radang (antiflogistik), dan peluruh dahak (ekspektorans). Biji berkhasiat sebagai pembersih darah.
Menurut Setiawan Dalimartha, dalam bukunya yang berjudul Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2, Penerbit PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara tahun 2006, akar, daun, dan biji daruju digunakan untuk pengobatan radang hati (hepatitis) akut dan kronis, pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali), pembesaran kelenjar limfe (limfadenopali), termasuk pembesaran kelenjar limfe pada tuberculosis (TBC) kulit (skrofuloderma), gondokan (parotitis), sesak napas (asma bronkial), cacingan, nyeri lambung, sakit perut, dan kanker, terutama kanker hati.
Tim peneliti dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar, menguji toksisitas ekstrak daun daruju. Ekstrak daun daruju mengandung senyawa flavonoid, polivenol dan kumarin, tergolong senyawa yang memiliki fungsi sebagai antioksidan. Senyawa kumarin merupakan antibakteri yang dapat merusak sel dengan membentuk pori-pori dinding sel bakteri, sehingga menyebabkan kematian sel. Hasil yang diperoleh ekstrak daun daruju memiliki bioaktivitas tinggi, dan memiliki sifat toksisitas yang tinggi sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker.
Sebuah artikel penelitian yang diterbitkan pada 28 Desember 2007 di World Journal of Gastroenterology (edisi 13, edisi 48), menyebutkan tim peneliti yang dipimpin Prof Chatterjee dari Universitas Jadavpur Kalkuta India, menyelidiki mekanisme kemopreventif primer tumbuhan daruju. Penelitian itu menjanjikan apat berfungsi sebagai kemoprevensi (memperlambat dengan mencegah) bagi perkembangan kanker, dengan penggunaan tanaman asli.
Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya, meneliti efektivitas antibakteri ekstrak daun daruju terhadap bakteri biofilm Enterococcus faecalis. Ekstrak daun daruju diketahui memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri seperti saponin, alkaloid, terpenoid, dan tannin. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun daruju memiliki efektivitas antibakteri terhadap bakteri biofilm Enterococcus faecalis.
Tumbuhan daruju, dikutip dari balittra.litbang.pertanian.go.id, dapat digunakan sebagai biopestisida nabati terhadap ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat grayak merupakan hama yang dapat menyerang semua tanaman pangan maupun tanaman hortikultura dan bersifat polifag. Hama tersebut tergolong yang sulit dikendalikan.
Pada umumnya pengendalian ulat grayak ini selalu mengandalkan insektisida sintetik, padahal akibat penggunaan insektisida sintetik yang terus-menerus dan kurang bijaksana berdampak negatif terhadap manusia, hewan, dan lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak tumbuhan daruju dapat membunuh serangga ulat grayak sebesar ekstrak daruju adalah 85,8 persen dan perlakuan mimba (pembanding insektisida nabati) hanya mencapai 70,6 persen.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...