Autobiografi Malala Yousafzai Hari Ini Diluncurkan
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Autobiografi Malala Yousafzai, gadis Pakistan yang ditembak Taliban karena mendukung pendidikan bagi anak perempuan, akan diluncurkan pada Selasa (Rabu 9/10 Indonesia), sehari sebelum peringatan setahun serangan Taliban yang hampir membunuhnya.
Kisah Malala Yousafzai ini ditulis terperinci Saya Malala: Gadis yang Berjuang untuk Pendidikan dan Ditembak Taliban. Ia menulis bersama wartawan Inggris, Christina Lamb. Di dalam bukunya secara detail diceritakan hari saat dua orang bersenjata Taliban naik bus sekolah pada 9 Oktober 2012 dan menembak kepalanay.
“Teman-teman saya mengatakan bahwa dia menembakkan tiga tembakan, satu demi satu,” tulisnya. “... Pada saat kami tiba di rumah sakit rambut panjang saya dan rambut Moniba (teman Malala) penuh dengan darah.”
Malala sekarang tinggal di Birmingham, tempat ia menerima perawatan medis spesialis setelah penembakan. Buku ini juga menceritakan kerinduan dan perjuangannya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Inggris.
Dia berjuang mendapatkan teman-teman baru di sekolahnya di Inggris, dia mengungkapkan. Dan, selain itu, ia menghabiskan berjam-jam berbicara dengan teman-teman lamanya di Swat (kampung halaman Malala di kabupaten administrasi di Khyber Pakhtunkhwa dekat perbatasan Pakistan-Afghanistan) menggunakan Skype.
Malala Mengalami Shock Culture
Buku ini menggambarkan keterkejutannya ketika dia pertama kali melihat gadis-gadis berpakaian minim akan keluar pada malam hari di Birmingham, dan takjub saat melihat laki-laki dan perempuan secara terbuka bersosialisasi di warung kopi.
Tapi, dia mengatakan ada banyak yang ia sukai tentang kehidupan di Inggris—“masyarakatnya taat aturan, mereka menghormati polisi, dan semuanya tepat waktu,” tulisnya. “Saya melihat perempuan yang memiliki pekerjaan yang tidak bisa kita bayangkan terjadi di Swat.”
Malala telah diundang ke Istana Buckingham untuk bertemu Ratu Elizabeth II, kata para pejabat Inggris mengatakan Minggu (6/10), pada 18 Oktober dalam acara yang diselenggarakan Ratu dan Pangeran Philip untuk memajukan pendidikan di negara-negara Persemakmuran.
Dia juga telah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini, yang akan diberikan pada hari Jumat.
Taliban Bersumpah Targetkan Malala Lagi
Buku ini menggambarkan kehidupan di bawah Taliban setelah mereka mengambil alih barat laut Lembah Swat Pakistan pada 2009 dan menegakkan hukum syariah, yang memperkenalkan pencambukan publik dan larangan di televisi, menari dan musik.
Malala dikenal sebagai seorang muda yang aktif mengampanyekan hak anak perempuan untuk bersekolah bahkan di bawah pemerintahan Taliban. Ia menentang larangan pendidikan bagi perempuan dan aktivitas Taliban yang mengebom sekolah-sekolah lokal.
Dia menerima banyak ancaman kematian pada bulan-bulan sebelum upaya pembunuhan.
“Pada malam hari aku akan menunggu sampai semua orang tidur,” tulisnya. “Lalu aku akan memeriksa setiap satu pintu dan jendela.”
Taliban Pakistan mengatakan pada Senin bahwa Malala “pengecut” dan bersumpah untuk menyerang lagi jika mereka mendapat kesempatan.
Keluarga Yousafzai mengungsi dari Lembah Swat bersama dengan hampir satu juta orang pada 2009 di tengah pertempuran sengit antara pasukan Taliban dan Pakistan.
Malala memuji ayahnya, Ziauddin Yousafzai, menggambarkan betapa ia bekerja untuk mendirikan sekolah sendiri dan mempertaruhkan nyawanya dengan berbicara menentang Taliban.
Dia sering mengutip Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto, sebagai panutan, dan membuat jelas ambisinya adalah untuk satu hari kembali ke tanah airnya dan menjadi politikus, meskipun berlanjutnya ancaman dari Taliban.
“Saya terhindar dari kematian untuk suatu alasan—untuk menggunakan hidup saya untuk membantu orang,” tulisnya. (France24.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...