Awar-awar, Berpotensi Antikanker
SATUHARAPAN.COM – Awar-awar? Mungkin nama tumbuhan ini terdengar sangat asing oleh sebagian besar orang. Tetapi, siapa sangka, tumbuhan ini ternyata memiliki kandungan manfaat yang begitu banyak untuk kesehatan.
Awar-awar, menurut Wikipedia, adalah sejenis tumbuhan yang termasuk kerabat beringin, anggota suku Moraceae. Pohon kecil ini biasa tumbuh di hutan semak atau di tempat-tempat yang liar. Tumbuhan ini sebetulnya begitu gampang untuk didapatkan, sebab mudah tumbuh di tempat yang sangat subur. Kalau gemar mengamati kebun, Anda pasti akan menemukan tumbuhan ini.
Awar-awar memiliki ciri-ciri berdaun lebar dengan buah berbentuk bulat bintik-bintik kehijauan, dan apabila batangnya disayat akan mengeluarkan getah kuning muda. Awar-awar ini memiliki segudang manfaat, dan khasiat bagi kesehatan.
Hal ini terbukti berdasarkan beberapa penelitian tentang aktivitas farmakologi tanaman awar-awar banyak dilaporkan sebagai obat antikanker yang potensial. Sudah banyak penelitian saat ini melihat efek sitotoksik terhadap sel kanker dan sebagai imunomodulator.
Senyawa alkaloid fenantroindolisidin dalam daun awar-awar menurut ccrc.farmasi.ugm.ac.ic, memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker. Aktivitas sitotoksik komponen fenantroindolisidin menunjukkan nilai poten yang tinggi pada cell lines carcinoma KB-VI.
Batang awar-awar yang terbukti mengandung alkaloid fenantroindolisin mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker nasofaring dan sel kanker lambung. Ekstrak etanolik daun awar-awar memberikan efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara. Isoflavonoid genistin memiliki aktivitas sitotoksik melalui pemacuan apoptosis pada sel kanker ovarian.
BM Nurcahya dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2007 meneliti awar-awar dalam skripsinya yang berjudul “Efek Antiproliferatif Ekstrak Etanolik Daun Awar-awar terhadap Sel Kanker Payudara T47D”. Hasil studinya membuktikan awar-awar memberikan efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara.
Pemerian Botani Tumbuhan Awar-awar
Pohon awar-awar, dikutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, tingginya antara 1-5 meter. Batang pokok bengkok-bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening.
Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai, duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai. Helaian berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung menyempit cukup tumpul, tepi rata, dari atas hijau tua mengkilat, dengan banyak bintik-bintik yang pucat, dari bawah hijau muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan 6-12 tulang daun samping, kedua belah sisi tulang daun mencolok karena warnanya yang pucat.
Bunganya bunga majemuk, susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek, pada pangkalnya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu.
Buahnya tipe periuk, berdaging, hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5-2 cm. Waktu berbunga Januari-Desember.
Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan Madura, tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini banyak ditemukan di tepi jalan, di semak belukar, dan di hutan terbuka.
Awar-awar, menurut Wikipedia, memiliki nama ilmiah Ficus septica, Burm.f. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama daerah. Selain awar-awar (Jawa, Bali), juga dikenal dengan nama lokal bar-abar (Medan), ki ciyat (Sunda), sirih popar (Ambon), dausalo (Bugis), tobo-tobo (Makasar), tagalolo (Minahasa, Ternate), bobulutu (Galela, Halmahera).
Awar-awar menyebar luas mulai dari Kepulauan Ryukyu di utara, Taiwan, seluruh kawasan Malesia (kecuali Semenanjung Malaya), Kepulauan Solomon hingga Vanuatu, dan Queensland di Australia bagian utara.
Di Papua Nugini, awar-awar dikenal dengan beberapa nama lokal, yakni omia (Kurereda), manibwohebwahe (Wagawaga, Milne Bay), bahuerueru (Vanapa). Di Filipina, tumbuhan ini dikenal dengan nama lokal hauili (Filipino), kauili (Tagalog), sio (Bikol).
Manfaat Herbal Tumbuhan Awar-awar
Dau awar-awar menurut ccrc.farmasi.ugm.ac.id, mengandung senyawa flavonoid genistin dan kaempferitrin, kumarin, senyawa fenolik, pirimidin, dan alkaloid antofin, saponin triterpenoid, sterol.
Akarnya, mengandung sterol dan polifenol. Alkaloid yang terkandung pada batang antara lain adalah fenantroindolisidin. Daun dan akar mengandung stigmasterol dan Beta-sitosterol. Daun dan batangnya mengandung alkaloid isotylocrebin dan tylocrebin.
Menurut Wikipedia, akar, serta getah yang terkandung di daun-daun dan buah tumbuhan awar-awar dipercaya berkhasiat obat. Di Filipina, daunnya dipakai untuk mengatasi rematik, dan merangsang keluarnya keringat (sudorifika) untuk meringankan sakit kepala.
Akarnya dipakai sebagai tapal luka bakar, dan rebusannya digunakan sebagai peluruh kemih (diuretika). Di Papua Nugini, daunnya dimanfaatkan untuk mengobati pilek, batuk, demam, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteria dan jamur.
Kepingan akar atau daun yang dicampur dengan air dan diminum dipakai untuk mengobati disentri atau diare. Akar yang dilumatkan, dicampur dengan air kelapa, diminum setiap hari untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih.
Menurut Georg Eberhard Rumphius, ahli botani dari Jerman yang bekerja Indonesia pada tahun 1702, akar awar-awar dapat digunakan sebagai obat anti-racun (antidota). Misalnya, untuk mengatasi keracunan karena memakan jenis ikan atau ketam (yuyu, kepiting) tertentu, atau keracunan umbi gadung.
Getah tumbuhan ini tajam, dapat menimbulkan bisul-bisul bila terkena kulit, namun dapat dipakai untuk mengatasi herpes, kurap atau lain-lain penyakit kulit yang tidak sembuh-sembuh. Akarnya sebagai antiracun apabila terkena tusukan duri ikan yang berbisa. Daunnya, setelah diproses, juga digunakan sebagai subal atau campuran candu.
Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, meneliti uji daya hambat ekstrak daun awar-awar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli merupakan penyebab infeksi utama pada manusia.
Penelitian itu digelar untuk mengetahui ada tidaknya daya hambat ekstrak daun awar-awar terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorium dengan modifikasi Kirby-Bauer sumuran di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun awar-awar berpotensi memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.
Tim peneliti Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, meneliti ekstrak etanolik daun awar-awar memacu apoptosis sel kanker payudara MCF 7 melalui penekanan ekspresi Bcl-2. Alkaloid fenantroindolisidin memiliki aktivitas sitotoksik terhadap beberapa sel kanker.
Ekstrak etanolik daun awar-awar terbukti mampu meningkatkan aktivitas sitotoksik agen kemoterapi doxorubicin pada sel MCF-7. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanolik daun awar-awar terhadap pemacuan apoptosis sel kanker payudara MCF-7.
Serbuk daun awar-awar diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol 70 persen kemudian dipekatkan untuk memperoleh ekstrak etanolik daun awar-awar. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak etanolik daun awar-awar berpotensi untuk sebagai agen ko-kemoterapi.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...