Awas, Banjir dan Longsor Mengancam!
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hujan yang melanda sebagian wilayah Indonesia mengindikasikan musim akan berganti. Sebagian Sumatera dan Kalimantan telah masuk musim penghujan. Sebagian lagi, seperti Jawa, diperkirakan awal musim penghujan mulai akhir November hingga awal Desember. Adanya El Nino berpengaruh mundurnya musim penghujan.
Musim berganti, maka berganti pula jenis bencananya. Jika sebelumnya didera kekeringan dan bencana asap akibat kebakaran hutan dan ladang, akan berganti dengan banjir, longsor, dan puting beliung.
Pemerintah dan pemerintah daerah harus segera mengantisipasi menghadapi banjir dan longsor. Sebanyak 64 juta jiwa masyarakat Indonesia tinggal di daerah rawan sedang-tinggi dari banjir, yang tersebar di 315 kabupaten/kota. Sedangkan longsor, ada 41 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan sedang-tinggi longsor di 274 kabupaten/kota.
Untuk itu, perlu segera dilakukan rapat koordinasi teknis antisipasi banjir longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), perlu segera menyusun rencana kontinjensi menghadapi banjir longsor yang memuat kebijakan, strategi, peta bencana, komando, upaya, pengerahan sumber daya, dan lainnya.
Rencana kontinjensi ini harus disepakati oleh semua pihak, sehingga saat terjadi bencana dapat diaktivasi menjadi rencana operasi. Rencana kontinjensi akan memudahkan semua pihak melakukan upaya sesuai tupoksi masing-masing.
Peringatan dini dari berbagai pihak seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), PU-Perumahan Rakyat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan lainnya, dicermati sehingga dapat memperoleh informasi terkini. Sosialisasi dan gladi juga harus diintensifkan.
Pola banjir dan longsor umumnya berlangsung selama penghujan dan puncaknya pada Desember, Januari hingga Februari. Banjir dan longsor sesungguhnya adalah bencana yang dapat diantisipasi karena dapat diprediksi dan dikenali sehingga korban dapat dihindari.
60 Keluarga di Banjarnegara Terancam Bencana Longsor
Sementara itu, sebanyak 60 keluarga yang bermukim di Desa Tlaga, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terancam bencana longsor akibat adanya rekahan tanah yang terjadi sejak tanggal 6-8 November 2015.
"Panjang rekahan tanah itu kurang lebih 60 meter dan lebar 1-2 meter, dengan kedalaman 1-2 meter serta kemiringan 40 derajat," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistyo, kepada Antara melalui telepon, Senin (9/11).
Menurut dia, kondisi tersebut mengancam 60 keluarga atau sekitar 150 jiwa yang bermukim di lingkungan Dusun Slimpet RT 01 dan RT 04 RW 06, Desa Tlaga, Kecamatan Punggelan.
"Kami bersama 60 warga setempat sejak tadi pagi bergotong-royong membuat penahan longsor yang bersifat darurat dengan karung berisi tanah. Rekahan-rekahan tanah itu berpotensi longsor dan mengancam rumah-rumah warga di atasnya," kata Andri.
“Selain bergotong royong membuat penahan longsor,” kata dia, pihaknya terus melakukan pendataan dan sosialisasi kepada warga guna meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana tanah longsor.
Ia mengatakan, jika curah hujan terus meningkat, warga yang bermukim di daerah terancam longsor itu akan diungsikan ke tempat yang aman.
"Saat ini, kami membutuhkan sejumlah peralatan darurat seperti karung, beronjong, dan drum sambung untuk membuat drainase," katanya.(bnpb.go.id/Ant)
Editor : Sotyati
Kepala Militer HTS Suriah Akan Membubarkan Sayap Bersenjata
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kepala militer "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS) Suriah yang menang m...