Suhu Global 2015 Naik Satu Derajat Celsius dari Level Praindustri
LONDON, SATUHARAPAN.COM - “Suhu rata-rata pemukaan global pada tahun ini, untuk pertama kalinya diprediksi mencapai satu derajat Celsius di atas level praindustri, menurut laporan badan cuaca nasional Inggris Met Office, Senin (9/11).
Data dari Januari hingga September menunjukkan, suhu rata-rata global mencapai 1,02 derajat Celsius di atas level pada periode 1850-1900. Data tersebut memiliki margin error 0,11 derajat Celsius.
Hal ini merupakan bukti penting saat dunia semakin panas akibat pengaruh manusia, menurut pernyataan Met Office.
Stephen Belcher, direktur Met Office Hadley Centre, mengatakan, “Kita sudah menyaksikan fenomena El Nino yang begitu dahsyat berkembang di kawasan tropis Pasifik pada tahun ini, dan hal itu akan berdampak terhadap suhu global tahun ini”.
Untuk mengukur pemanasan global, para ilmuwan membandingkan tingkat suhu hari ini dengan suhu tahun 1850 dan 1900, atau usia pra-industri, sebelum orang-orang di dunia mulai melakukan pembakaran bahan bakar fosil dalam skala besar yang melepaskan panas karbon dioksida ke udara.
Kenaikan 1 derajat akan menjadi penting, karena sudah setengah jalan menuju ke 2 derajat, yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebagai batas ambang bahaya dari pemanasan.
Pejabat Met Office mencatat, hal itu tidak berarti setiap tahun dari sekarang akan menjadi lebih hangat 1 derajat, namun variabilitas alam masih akan memainkan peran.
Organisasi Meteorologi Dunia atau The World Meteorological Organization/WMO, yang merupakan badan cuaca PBB, diharapkan dapat merilis suhu akhir bulan dalam tahun ini, dengan menggabungkan data dari Met Office dengan data dari NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) di AS.
Pada hari Senin (10/11), WMO melaporkan, kadar karbon dioksida dan metana, dua gas rumah kaca yang paling penting, mencapai rekor tertinggi dan ,efek pemanasan pada iklim dunia akan terus berlanjut.
“Karbon dioksida (CO2) naik menjadi hampir 398 part per million (ppm), dari 396 ppm di tahun 2013, “ kata WMO.
Tingkat CO2 berfluktuasi sepanjang tahun, dan rata-rata bulanannya melebihi ambang batas simbolik yakni 400 ppm pada Maret 2015. WMO mengatakan suhu rata-rata tahunan kemungkinan untuk melewati 400 ppm pada tahun 2016."
Aliran asap dari cerobong asap pembangkit listrik berbahan bakar batubara di Gelsenkirchen, Jerman sebagai contoh. Pembakaran batu bara, minyak dan gas untuk energi, membuat tingkat CO2 global sekarang 143 persen lebih tinggi dari sebelum revolusi industri, dan menurut para ilmuwan hal ini menjadi pendorong utama pemanasan global.
WMO mengatakan tingkat metana mencapai tinggi baru sekitar 1.833 ppm pada 2014. Sekitar 40 persen dari emisi metana berasal dari sumber-sumber alam dan sekitar 60 persen dari aktivitas manusia seperti peternakan, pertanian padi dan ekstraksi bahan bakar fosil.
"Setiap tahun kami melaporkan rekor baru dalam konsentrasi gas rumah kaca," kata Sekretaris Jenderal WMO Michel Jarraud. "Kita harus bertindak sekarang untuk memangkas emisi gas rumah kaca, dan kita memiliki kesempatan untuk menjaga dan mengelola peningkatan suhu."
Para ilmuwan iklim mengatakan jika pemanasan global terus berlanjut, efek berbahaya dapat mencakup banjir di kota-kota pesisir dan di negara kepulauan, gangguan pertanian dan air minum, penyebaran penyakit dan kepunahan spesies. (AFP/Ant/ cbc.ca)
Editor : Eben E. Siadari
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...