Azyumardi Azra: Optimisme menuju Good-Governance Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sudah banyak yang mengatakan bahwa abad 21 kini serta berabad ke depan adalah abad milik Asia. Bukan sekadar pernyataan, tetapi asia memang sedang pesat berkembang.
Peluang untuk peradaban Asia untuk bangkit sebenarnya sudah kita lihat sehari-hari," kata Prof. Dr. Azyumardi Azra pada hari Sabtu (1/6) di Hotel Borobudur Jakarta dalam sebuah seminar bertema "Asia sebagai Pusat Peradaban dan Pembangunan Ekonomi: Di Mana Posisi Indonesia?".
Acara seminar yang diadakan Asosiasi Profesor Indonesia (API) itu merupakan rangkaian seminar sehari dengan mengambil tema besar "Asia sebagai Pusat Peradaban dan Pembangunan Dunia: Di Mana Posisi Indonesia?".
Beberapa bukti perkembangan Asia di abad ini adalah, "Kalau pergi ke Eropa dan Amerika, di mana-mana ada wajah Asia. Ada produk Jepang, produk Korea. Produk-produk teknologi mutakhir boleh dikatakan keluaran perusahaan Jepang, Korea Selatan, Taiwan serta negara-negara Asia lain.
Bahkan simbol kejayaan Amerika, Empire State, telah dibeli Sony sejak tga dasawarsa lalu. Hal ini tentu saja membangkitkan kemarahan orang Amerika. Pada saat yang sama kita melihat lebih lanjut krisis ekonomi di Amerika dan Eropa sehingga banyak negara yang harus di-bail out. "
Dari sisi komparatif, sebenarnya Indonesia lebih punya peluang dibanding China dan India. China masih totalitarian, single party system, belum teruji dalam menghadapi keragaman. India lebih rumit lagi, banyak ditemukan disparitas.
"Saya lebih optimis dengan Indonesia ke depan kalau kita bisa melanjutkan proses reformasi politik, rekonsolidasi demokrasi, pembenahan lembaga-lembaga politik, budaya politiknya, politic behaviour-nya, good governance, penegakan hukum, dsb. Ini agenda yang bukannya tidak ada peluang, tetapi sebenarnya banyak sekali peluang."
Partisipasi publik memberikan harapan, dalam hal ini media massa. Tidak ada lagi kasus korupsi yang tidak terungkap karena media memberitakannya terus menerus.
"Civil society pun penting untuk memelihara kohesi sosial. Ini modal dasar. Kalau melihat masa lalu proses transisi dari otoritarianisme Soeharto ke demokrasi berjalan dengan mulus karena civil society kita yang sangat kuat. Sekaligus saya kira membangun pelbagai hal yang tidak dapat dilakukan Pemerintah.", kata Prof. Dr. Azyumardi Azra yang pernah menjabat Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini.
60.000 Warga Rohingya Lari ke Bangladesh karena Konflik Myan...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 60.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh dalam dua b...