Badai Salju Tiba, Washington DC Bagai Kota Mati
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM - Washington DC, bagai kota mati Jumat malam (22/1) menjelang datangnya badai salju, yang diperkirakan akan menjadi salah satu dari sepuluh badai terburuk dalam sejarah Amerika.
Hal serupa terjadi di negara bagian Virginia, Maryland, North Carolina, Delaware dan Pennsylvania yang sudah menyatakan keadaan darurat.
Sekolah dan fasilitas publik ditutup, demikian pula badan-badan pemerintah federal yang menghentikan seluruh operasi mulai jam 12 siang, dan memerintahkan seluruh pegawai yang tidak dalam posisi strategis untuk segera pulang.
Sarana transportasi public, juga menghentikan operasi secara bertahap mulai jam lima sore hingga sepanjang akhir pekan nanti.
Lebih dari 6.500 penerbangan dibatalkan dan ribuan lainnya ditangguhkan hari Sabtu (23/1).
Kantor berita Associated Press melaporkan, sedikitnya delapan orang tewas dalam berbagai kecelakaan lalu lintas terkait badai salju di Pantai Timur Amerika ini.
âBadan Urusan Cuaca memperkirakan, Washington DC akan diselimuti salju hingga sedikitnya 76 sentimeter, mengalahkan rekor badai salju pada bulan Januari 1922 ketika Washington DC diselimuti salju setinggi 71 sentimeter.
Badai yang terjadi antara tanggal 27–28 Januari 1922 itu disebut sebagai “Knickerbocker” mengambil nama Knickerbocker Theater, milik Harry M. Crandall di Washington DC , dimana salju tebal yang berat merobohkan atap teater, sehingga menewaskan 98 orang dan melukai 133 lainnya.
Walikota Washington DC: Badai Mengancam Jiwa
Pusat badai salju kali ini akan terjadi di Washington DC dan Baltimore, namun Philadelphia dan New York juga akan terkena dampaknya. Badai yang akan terjadi mulai Jum’at (22/1) malam hingga Minggu (24/1) pagi, diperkirakan tidak saja membawa salju tebal, tetapi juga angin yang kecepatannya diperkirakan akan mencapai lebih dari 80 kilometer per jam.
Itulah sebabnya, Walikota Washington DC Muriel Bowser, menyebut badai ini sebagai jenis badai yang mengancam jiwa.
“Keprihatinan utama kami saat ini adalah memastikan agar warga kota selamat dari badai ini. Untuk itu kami imbau warga tetap berada di dalam rumah”, kata Bowser dalam konferensi pers Jum’at siang (22/1).
Mengapa badai ini dinilai mengancam jiwa? Menurut badan urusan cuaca, hal ini dikarenakan badai salju yang bergerak dari Kentucky dan Tennessee melewati Virginia dan Maryland menuju ke Washington DC, dan terus hingga ke Pantai Timur, diperkirakan akan membuat jaringan listrik mati, merobohkan pohon-pohon dan jarak pandang nol.
Menurut badan urusan cuaca Amerika yang membedakan badai dan topan salju adalah durasi turunnya salju dan kecepatan. Badai salju yang berlangsung selama lebih dari tiga jam, akan menjadi topan salju, dan diperkirakan kecepatannya akan bertambah menjadi 60 hingga 80 kilometer per jam. Badai kali ini diperkirakan akan berlangsung selama 36 jam.
The Weather Channel, menyebut badai ini sebagai badai Jonas, tetapi beberapa pakar meteorologi menolak menerima sebutan yang diberikan saluran televisi swasta ini, sehingga mereka menciptakan nama sendiri-sendiri. Suratkabar the Washington Post menyebutnya sebagai “Snowzilla”. Ada pula yang menyebut badai ini sebagai “SnOMG”. (voaindonesia.com)
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...