WHO: Dampak Buruk El Nino Ancam Kesehatan 60 Juta Orang
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Fenomena cuaca El Nino yang muncul menjelang akhir tahun lalu, diperkirakan akan mencapai puncaknya bulan ini. Ia diperkirakan mulai surut pada Maret dan April.
Kendati demikian, Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan pada hari Jumat (22/1) bahwa konsekuensi kesehatan kemungkinan besar akan buruk. Diperkirakan 60 juta orang akan terkena dampaknya sepanjang tahun 2016.
El Nino, yang didefinisikan oleh suhu laut yang luar biasa hangat di Pasifik khatulistiwa tengah, dan timur, menghasilkan kekeringan ekstrem dan kekurangan air akut di beberapa bagian dunia dan hujan deras dan banjir di lain tempat.
Orang-orang di Tanduk Afrika, Afrika selatan dan timur, Pasifik Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan cenderung paling menderita dari kondisi cuaca ekstrem ini.
WHO mengatakan tujuh negara, yaitu Tanzania, Kenya, Chad, Somalia, Nikaragua, Honduras, dan Peru - akan berada di risiko terbesar.
Rick Brennan, direktur manajemen risiko dan tanggap darurat kemanusiaan WHO, mengatakan,”El Nino memiliki berbagai dampak pada kesehatan manusia”.
Gangguan kesehatan terjadi dalam berbagai bentuk, seperti kekurangan gizi dan penyakit menular. Mereka yang paling rentan adalah orang tua dan anak –anak di negara miskin.
Brennan mengatakan, kekeringan yang terkait dengan El Nino dapat menghasilkan gizi buruk dalam tingkat yang tinggi dan menyebabkan kematian anak.
Dia mengatakan, kekurangan air akut dapat mengganggu layanan sanitasi dan kebersihan, menyebabkan infeksi yang menghasilkan seperti penyakit diare dan kudis.
Di sisi lain, kata dia, hujan lebat dapat meningkatkan risiko penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Dia mengatakan banjir dapat membunuh dan melukai orang, serta kerusakan infrastruktur yang vital.
Brennan menambahkan, negara-negara dapat mengambil sejumlah langkah untuk mempersiapkan menghadapi El Nino, dan membatasi konsekuensi kesehatan.
Beberapa tindakan pengendalian penyakit dianjurkan, seperti vaksinasi bagi anak-anak yang kekurangan gizi.
Ia mengatakan, negara-negara harus meningkatkan layanan kesehatan untuk mencoba mengendalikan penyakit menular dan mencegah penyebaran malaria, demam berdarah dan lain-lain.
Menurut dia, sistem pengawasan untuk mendeteksi wabah penyakit secara dini, dan tindakan medis harus ditingkatkan untuk melindungi mereka. (voa.com)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...