Badan Dunia Serukan Solidaritas untuk 4,5 Juta Pengungsi Venesuela
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM - Sejak 2015, sekitar 4,5 juta rakyat Venezuela melarikan diri dari negaranya karena krisis politik, kemanusiaan, dan ekonomi di negara itu. Krisis di negara Amerika Latin itu berlarut-larut dan menciptakan situasi pemindahan manusia yang “paling kotor” di dunia, kata PBB dan Uni Eropa, hari Rabu (23/10), dalam sebuah konferensi.
Dalam sebuah pernyataan kepada pers, badan pengungsi PBB (UNHCR), Uni Eropa (UE) dan badan migrasi PBB (IOM), bersama-sama menyerukan agar negara-negara Amerika Latin dan Karibia, di mana 80 persen pengungsi Venesuela tinggal, menunjukkan solidaritas pada rakyat Venezuela.
Eksodus massal ini adalah respons terhadap penurunan ekonomi Venezuela yang tajam di bawah Presiden Nicolás Maduro, yang menyebabkan negara yang kaya minyak itu memasuki resesi mulai tahun 2014. Inflasi Venesuela mencapai rekor terburuk, dan kemudian mengalami kekurangan pangan, akses ke layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar-dasar lainnya.
Pengungsi dan migran Venezuela di seluruh dunia pada Oktober 2019 meningkat 8.000 persen dibandingkan pada 2014, menurut UNHCR. Pekan depan Uni Eropa, IOM, dan UNHCR akan menyelenggarakan konferensi solidaritas di Brussels.
UNHCR melaporkan bahwa ratusan ribu warga Venezuela hidup tanpa dokumen atau izin untuk menetap di negara-negara terdekat, membuat mereka kekurangan akses ke hak-hak dasar. Ini membuat mereka sangat rentan terhadap eksploitasi seksual dan perburuhan, kekerasan, dan diskriminasi.
Editor : Sabar Subekti
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...