Badan PBB: 26 Orang Rohingya Tewas di Laut
PIDIE, SATUHARAPAN.COM-Setidaknya 26 Muslim Rohingya tewas dalam kondisi yang mengerikan selama sebulan di laut lepas saat melakukan pelayaran berbahaya yang membawa banyak orang lainnya ke tempat aman di Indonesia, kata sebuah badan PBB, hari Selasa (27/12). Namun ada kemungkinan akan ada lebih banyak lagi korban.
Perempuan dan anak-anak yang kelelahan termasuk di antara 185 orang yang turun dari perahu kayu reyot pada hari Senin (26/12) di sebuah desa pesisir di kabupaten Pidie, Aceh, kata pihak berwenang. Sebuah video menyedihkan yang beredar luas di media sosial menunjukkan Rohingya kelelahan dan kurus, dengan banyak yang menangis minta tolong.
“Mereka sangat lemah karena dehidrasi dan kelelahan setelah berminggu-minggu di laut,” kata Kapolsek Fauzi. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa para penyintas mengatakan kepada badan tersebut bahwa 26 orang tewas dalam perjalanan panjang tersebut.
Salah satu pengungsi, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Rosyid, mengatakan kepada The Associated Press bahwa mereka meninggalkan kamp pengungsi di Bangladesh pada akhir November dan hanyut di laut lepas. Dia mengatakan setidaknya 20 orang dari kami meninggal di atas kapal karena gelombang tinggi dan sakit, dan tubuh mereka dibuang ke laut.
Menurut UNHCR, lebih dari 2.000 orang dilaporkan telah melakukan perjalanan laut yang berisiko di Laut Andaman dan Teluk Benggala tahun ini, dan hampir 200 dilaporkan meninggal.
UNHCR juga menerima laporan yang belum dikonfirmasi tentang satu kapal tambahan dengan sekitar 180 orang masih hilang, dengan semua penumpang diduga tewas.
“Dengan tidak adanya respons segera, dan terkoordinasi dari pemerintah daerah untuk membantu pengungsi Rohingya yang masih berada di atas kapal yang terancam, nyawa mereka mungkin hilang,” kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, dalam sebuah pernyataan. "Ini tidak bisa diterima."
Chris Lewa, direktur Proyek Arakan, yang bekerja untuk mendukung Rohingya di Myanmar, mengatakan kedatangan terakhir adalah di antara lima kelompok Rohingya yang telah meninggalkan kamp pengungsi di distrik Cox's Bazar di Bangladesh dengan kapal yang lebih kecil untuk menghindari deteksi oleh penjaga pantai setempat sebelumnya. Mereka dipindahkan ke lima kapal yang lebih besar untuk perjalanan masing-masing.
“Tahun ini bisa menjadi salah satu yang paling mematikan dalam ingatan baru-baru ini bagi orang-orang Rohingya yang melakukan perjalanan berbahaya melalui laut. Mereka terus mempertaruhkan semuanya karena kondisi yang keras di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh, di mana keamanan dan kondisi kehidupan lainnya telah memburuk, dan situasi yang semakin memburuk di Myanmar, yang berada di bawah kekuasaan militer sejak kudeta hampir dua tahun lalu, kata Usman dari Amnesti Internasional.
Malaysia telah menjadi tujuan umum bagi banyak pengungsi yang tiba dengan perahu, tetapi mereka juga ditahan di negara tersebut. Masalah pada mesin perahu membuat orang lain mencari keselamatan di Provinsi Aceh di Indonesia, dalam perjalanan ke Malaysia.
UNHCR memuji pihak berwenang dan masyarakat lokal Indonesia yang membawa lebih dari 200 orang Rohingya yang putus asa ke darat, banyak di antara mereka membutuhkan perhatian medis yang mendesak.
Nelayan Indonesia dan otoritas lokal menyelamatkan dan menurunkan dua kelompok, 58 orang pada hari Minggu dan 174 pada hari Senin, kata Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia, “Kami menyambut baik tindakan kemanusiaan ini oleh komunitas lokal dan otoritas di Indonesia.” (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...