Bagaimana Wabah Corona Mengubah Cara Kita Bekerja
JERMAN, SATUHARAPAN.COM – Penyebaran virus corona mengubah cara banyak orang bekerja. Sebagian besar terpaksa bekerja dari rumah, dan mengandalkan sambungan internet. Kita mungkin jadi terbiasa dengan hal ini.
Memang, bekerja dari rumah bukan hal baru. Dan memang, perusahaan startup di bidang teknologi, para penganut kehidupan nomaden digital, dan penasihat karier banyak yang memuji manfaat bekerja dari rumah.
Mereka mengatakan, ini dapat peningkatan produktivitas dan kebahagiaan. Tetapi, tidak semua orang benar-benar mau menyambut segala kemungkinan yang ditawarkan teknologi modern.
Lihat saja di Jerman. Sebelum virus corona SARS-CoV-2 menyebar, hanya sekitar satu dari empat perusahaan yang mengizinkan beberapa karyawan mereka bekerja jarak jauh, menurut sebuah studi Institut Riset Tenaga Kerja, IAB.
Hanya dua puluh persen pekerja yang melakukan pekerjaan jarak jauh. Dan mayoritas karyawan yang harus berangkat ke kantor mengatakan mereka memang ingin pergi ke kantor setiap hari.
Revolusi Bekerja dari Rumah
Tapi, saat ini banyak pekerja yang tidak bisa berangkat ke kantor. Jerman dan negara lain yang juga terpukul wabah corona, kini seperti tengah mengadakan uji coba besar-besaran bekerja dari rumah.
Pertanyaan yang kemudian timbul, adalah, bagaimana kelanjutannya begitu kita perlahan-lahan kembali ke keadaan yang relatif normal. Pertanyaan ini utamanya berlaku buat mereka yang secara teori sebenarnya bisa-bisa saja bekerja dari rumah.
Akankah kita langsung mengemas laptop kita dan kembali ke kantor? Atau akankah kita menunggu beberapa minggu sambil tetap bekerja di rumah?
"Saya yakin ini benar-benar akan mengubah sesuatu," Josephine Hofmann dari Institut Teknik Industri Fraunhofer mengatakan lewat sambungan telepon. Dia mengatakan bahwa perusahaan akan selalu melihat sisi positif dari membiarkan orang bekerja dari rumah.
Rapat yang menghabiskan waktu dan tidak efisien, dapat diganti dengan email. Pertemuan-pertemuan bisnis kini bisa dilakukan lewat konferensi video. Keadaan ini mungkin tetap berlangsung bahkan setelah krisis usai dan menyebabkan perusahaan meningkatkan infrastruktur yang mendukung kerja jarak jauh bagi karyawan mereka.
"Ini akan sangat menguntungkan bagi planet kita, iklim kita dan cara kerja yang lebih berkelanjutan," kata Hofmann, yang dilansir dw.com, pada Sabtu (21/3).
Bukan untuk Semua Orang
Studi kasus yang terjadi di China tampaknya juga mendorong perubahan ini. Agen perjalanan asal China, CTrip, mengizinkan beberapa staf layanan panggilannya untuk bekerja dari rumah.
Sekelompok ekonom mengukur dampak kebijakan perusahaan ini dan menemukan para pekerja jadi lebih bahagia, produktif, dan menghemat uang perusahaan karena kebutuhan akan ruang kantor jadi berkurang.
Kenyataannya, eksperimen ini begitu sukses sehingga pihak manajemen memutuskan untuk memberlakukannya di seluruh perusahaan.
Namun, mereka dengan cepat menyadari, bekerja dari rumah tidaklah cocok bagi semua orang. Beberapa orang memang dapat berkembang ketika mereka bekerja dari sofa rumah yang nyaman. Tetapi yang lain mungkin merasa terasing. Alasan utama mengapa beberapa karyawan di CTrip tidak menikmati kerja jarak jauh adalah karena mereka merasa kesepian.
Dan, bisa dimengerti perasaan ini. Setelah hanya satu minggu bekerja sendirian dari meja dapur di rumah, muncul perasaan kehilangan ide yang biasanya muncul dari interaksi dengan rekan-rekan sekerja.
Tentu saja, hubungan tetap bisa dilangsungkan lewat email, pesan singkat, panggilan telepon. Bahkan juga minum bersama sepulang kerja, tentu lewat sambungan video. Namun, rasanya berbeda tanpa adanya luapan spontan energi kreatif, yang kadang timbul saat berkumpul bersama di ruang kantor.
Keduanya Mungkin Bisa Berjalan Beriringan
"Solusinya adalah bekerja dari tempat yang tepat pada saat yang tepat," kata Tristan Horx lewat Skype.
Horx bekerja untuk Zukunfts institut, sebuah lembaga think tank di Jerman yang meneliti tren masa depan. Dia mengatakan, lingkungan yang berbeda cenderung mendukung jenis pekerjaan yang berbeda pula. Karyawan pun akan lebih cenderung untuk mencari hal ini.
Itu berarti para pekerja nantinya bisa saja menangani tugas individu yang butuh lebih banyak konsentrasi dari rumah, dan pergi ke kantor ketika mereka perlu mengerjakan proyek bersama. Dunia kerja memang sedang menuju ke arah ini. Horx mengatakan situasi yang terjadi saat ini akan mempercepat perubahan.
"Jika sekarang Anda banyak melakukan rapat secara virtual, Anda akan menyadari bahwa proses kreatif kolaboratif akan jauh lebih banyak timbul lewat pertemuan langsung," katanya. Jadi memang, virus corona kemungkinan besar akan mengubah cara kita bekerja. (dw.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...