Bakti bagi Pertiwi
Kita muda, kita ada.
SATUHARAPAN.COM – ”Sumpahku. Terlentang, jatuh, perih, kesal, Ibu Pertiwi Engkau pegangan. Janji pusaka dan sakti, tanah tumpah darahku makmur dan suci. Hancur badan, tetap berjalan. Jiwa besar dan suci membawa aku padamu. Padamu Indonesia, makmur dan suci.” (BJ Habibie).
Tak sedikit orang yang pernah menyaksikan film layar lebar Habibie dan Ainun. Film yang dirilis pada 2012 ini sukses disaksikan jutaan pasang mata. Imbasnya bagi mereka yang menonton ilustrasi kisah cinta Presiden ke-3 RI ini adalah rasa haru, takjub akan kedalaman roman nyata, bukan sekadar fiksi. BJ Habibie dan Hasri Ainun saling melengkapi, sejak cinta mereka merekah di kota kembang, Bandung. Jargon ada perempuan hebat di balik lelaki hebat pun berlaku dua arah. Sebab keduanya sama-sama hebat—paduan insinyur dan dokter spesialis.
Lebih hebat lagi, ketika Bapak Habibie patah hati karena ditinggal Ibu Ainun berpulang, beliau tak lantas meredup. Beliau tetap merupakan pribadi single—utuh, mandiri, dan bersahaja. Tak seperti mendiang Bapak Soeharto yang ikut hilang kedigdayaan tatkala Ibu Tien meninggal, Bapak Habibie move on. Beliau memilih menyesuaikan diri dengan ritme zaman, mencipta karya bagi ibu pertiwi.
Bapak Habibie memang telah berusia senja, tetapi semangatnya selalu berada di pagi hari. Meski dahulu banyak orang mencibirnya sebagai teknokrat yang tak paham politik, toh Habibie hari ini dirindukan masyarakat. Kecerdasannya pun tak ia simpan sendirian, belum lama beliau meresmikan pembangunan Institut Teknologi Habibie (ITH) di Parepare Sulawesi Selatan, agar banyak generasi muda dapat memperdalam ilmu sekaligus tekad mengabdi pada negeri.
Bicara soal janji bakti terhadap negeri, kita sebagai generasi muda mengemban porsi kewajiban yang setara. Sejalan dengan momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober ini, kita semua diingatkan untuk hidup berdampak. Bertumpah darah satu: tanah air Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan berbahasa satu: bahasa Indonesia.
Dan untuk itu, nasihat kuno seorang guru kepada muridnya patut disimak: ”Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan… dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”
Ya, kita muda, kita ada.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...