Terjebak di Zona Nyaman
Pernahkah Anda merasakan kekuatan tarik-menarik antara rajawali dan badak dalam diri Anda? Rajawali Anda menginginkan perubahan dalam hidup, namun badak Anda merasa nyaman dalam kubangan sehingga Anda sulit maju.
SATUHARAPAN.COM – ”Ada rajawali dalam diriku yang merindukan terbang membubung tinggi, tetapi ada juga badak dalam diriku yang ingin terus berkubang.”
Pernahkah Anda merasakan kekuatan tarik-menarik antara rajawali dan badak dalam diri Anda? Rajawali Anda menginginkan perubahan dalam hidup, namun badak Anda merasa nyaman dalam kubangan sehingga Anda sulit maju? Jika Anda mengenali situasi ini, mungkin saat itu Anda sedang terjebak dalam zona nyaman yang menghalangi kemajuan diri Anda.
Zona nyaman adalah sikap menghindari risiko, menjaga diri bebas dari kecemasan dengan tidak melakukan perubahan, dan melakukan yang sama setiap kali. Berada dalam zona nyaman memang enak, namun bisa membuat orang terbuai dalam kegiatan yang tidak menantang.
Merasa nyaman tentu tidak salah, bahkan harus diupayakan. Namun, zona nyaman bukan hanya masalah kenyamanan melainkan juga: tidak mengevaluasi kehidupan dan tidak berupaya mencapai yang terbaik, yang mungkin berisiko akan tetapi jika berhasil dicapai akan merupakan kemenangan gemilang atas tantangan hidup.
Semakin lama orang berada dalam zona nyaman, semakin enggan untuk meninggalkannya. Sekadar contoh: tidak berani sekolah ke luar kota jauh dari orangtua; memilih untuk tidak pindah pekerjaan karena khawatir beban tanggung jawab yang besar; dan mencari pekerjaan yang memberikan jaminan pensiun, bukan yang memberikan tantangan yang besar.
Zona nyaman kita terbentuk oleh orang-orang di sekitar, tempat, benda, dan kebiasaan yang akrab dengan keseharian. Melangkah keluar dari zona nyaman, menandai masuknya diri sendiri ke dalam situasi yang tidak akrab, tidak dikenal, atau bahkan gelap. Ada ketakutan akan ketidaktahuan, akan ketidakpastian, yang membuat orang enggan keluar dari kebiasaan yang dikenal akrab.
Fear of the unknown membuat orang sering memilih untuk tinggal di tempat, tetapi bukannya tidak mengandung bahaya. Karena, tetap berkubang di zona nyaman berpotensi akan terabaikannya talenta yang telah diberikan Tuhan. Talenta yang belum tergali, yang akan berkembang pesat di luar sana, akan tetap terkubur jika langkah pertama untuk berani berubah dan menanggung risiko itu tidak ditempuh. Cobalah bertanya pada diri sendiri: talenta apa yang sebenarnya telah disediakan bagiku, namun belum kucoba eksplorasi? Akankah aku kehabisan waktu dan kesempatan untuk menggali dan mengembangkannya?
Lagipula, dengan berdiam di zona nyamanku, makna apakah yang dapat kita berikan kepada hidup kita dan orang lain? Mungkin di luar sana, sekalipun tantangan besar, peran kita akan lebih terasa bagi dunia sekitar. Hidup kita akan lebih berarti.
Bagaimana melawan ketakutan akan ketidakpastian itu? Jawabnya: buatlah perhitungan yang sedapat mungkin menjawab semua ketidak pastian. Tentu masih ada yang tersisa karena masa depan tak sepenuhnya pasti. Itulah risiko yang kita tanggung. Apakah risiko itu sanggup kita tanggung? Tergantung seberapa besar naluri keberanian menerabas risiko itu. Seberapa besarkah risk appetite kita. Semakin kecil risk appetite, semakin besar kecenderungan untuk bertahan di zona nyaman.
Namun, teman, hidup dimulai di ujung zona nyamanmu…. Semakin cepat melangkah, semakin banyak yang bisa digapai. Bukan hanya diri sendiri atau keluarga sendiri yang akan menikmati, namun banyak orang di luar sana yang mungkin akan dapat dijangkau.
Segeralah keluar dari kubangan kenyamananmu, dan terbanglah membubung tinggi bagai rajawali!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...