Baku Tembak dan Perdagangan Narkoba, Mafia Italia Ancaman bagi Demokrasi
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Bulan lalu, pengadilan administratif Italia mengonfirmasi pembubaran pemerintahan kota Neviano di Puglia, setelah penyelidikan menetapkan bahwa pejabat setempat terlalu dipengaruhi oleh mafia.
Keputusan tersebut jarang menjadi berita di Italia, di mana pemerintahan balai kota, dewan kota dan badan kesehatan masyarakat setempat sering dibubarkan karena infiltrasi atau kolusi mafia, dan komisaris independen ditunjuk untuk mengambil alih.
Meskipun gambaran populer tentang gerombolan massa di Italia dipopulerkan oleh Don Corleone dan baku tembak geng dalam film “The Godfather”, realitas kejahatan terorganisir di Italia saat ini jauh lebih beragam dan menggerogoti inti demokrasinya: pemerintahan lokal.
Mulai dari pemberian kontrak pekerjaan umum yang besar hingga keputusan di kota kecil tentang siapa yang mengelola tempat pembuangan sampah, tempat parkir dan konsesi pantai, pemerintah daerah sangat rentan terhadap pengaruh mafia dan korupsi, menurut Institut Internasional untuk Demokrasi dan Bantuan Pemilihan Umum, sebuah organisasi antarlembaga.
Puglia, yang akan menjadi tuan rumah KTT Kelompok Tujuh pekan ini, berada di peringkat keempat di antara wilayah Italia dalam hal jumlah pemerintahan lokal yang dibubarkan karena infiltrasi mafia, dengan 26 keputusan dikeluarkan sejak tahun 1991, dari total 326 keputusan nasional, menurut Avviso. Pubblico, sebuah asosiasi Italia yang memantau keputusan tersebut.
Peringkat keempat tersebut juga sesuai dengan peringkat keempat mafia lokalnya, Sacra Corona Unita (SCU), dalam hierarki klan mafia Italia.
SCU adalah kelompok kejahatan terorganisir termuda dan terkecil di negara ini, setelah 'ndrangheta di Calabria, Camorra di Campania dan Cosa Nostra di Sisilia. Dan satu-satunya kelompok yang asal usulnya benar-benar diketahui: kelompok ini didirikan di penjara pada awal tahun 1980-an oleh Pino Rogoli sebagai kelompok otonom yang berbasis di Puglia, alternatif dari kelompok mafia lainnya.
Meskipun awalnya berfokus pada perdagangan rokok dan barang selundupan lainnya di negara-negara Balkan, organisasi berbasis klan SCU berubah menjadi perdagangan narkoba dan pemerasan.
Pada tahun 2000-an, mereka memulai sebuah fase baru “yang mengakar di wilayah tersebut, yang disebut fase menutup-nutupi dan kamuflase,” kata Marilù Mastrogiovanni, seorang jurnalis investigatif dan profesor jurnalisme di Universitas Bari.
Fase tersebut, yang membuahkan hasil bagi klan saat ini, adalah menghindari tindakan kekerasan yang membawa malapetaka “sehingga semua orang, mulai dari warga biasa hingga penegak hukum, akan melupakannya,” katanya.
Saat ini, fokusnya adalah pada pencucian keuntungan narkoba melalui perusahaan-perusahaan yang sah, banyak yang melayani industri pariwisata Puglia yang sedang berkembang pesat, sambil menyusup ke administrasi publik setempat untuk mengatur kontrak publik, kata Carla Durante, kepala kantor Direktorat Investigasi Anti-Mafia Italia di Lecce.
Europol, kepolisian Eropa, mengatakan 60% dari kelompok kejahatan terorganisir yang dilacaknya di Eropa terlibat dalam beberapa jenis korupsi, mulai dari penyuapan kecil-kecilan terhadap pejabat publik hingga skema korupsi bernilai jutaan euro.
“Korupsi mengikis supremasi hukum, melemahkan institusi negara dan menghambat pembangunan ekonomi,” kata Europol dalam laporan terbarunya, “Penilaian Ancaman Kejahatan Serius dan Terorganisir.” (AP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...