Balitbangkes: Perlu Pendekatan Bioteknologi Atasi Ebola
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pada (8/12) kemarin, The National Bureau of Asian Research mempublikasi artikel berjudul “Ebola: Implications for Asia and Global Health Innovation”, yang mungkin dapat jadi salah satu bahan pada pertemuan Menkes ASEAN di Bangkok, Senin (15/12) mendatang.
Menurut Prof dr Tjandra Yoga Aditama Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan, dalam rilisnya di Jakarta (9/12), menyebutkan tiga faktor yang menyebabkan virus ebola masih belum terkontrol yakni, kelumpuhan sistem kesehatan, keterbatasan respons dunia internasional, human mobility, khususnya karena kasus terjadi di perkotaan dan amat luasnya penerbangan antar-bangsa. Untuk itu diperlukan pendekatan bioteknologi untuk menemukan:
Sarana diagnostik, sebaiknya yang bisa mendiagnosis pada saat masa inkubasi sehingga dapat ditemukan sebelum menularkan ke orang lain.
Obat, yang sekarang belum juga dilakukan uji klinik memadai. Vaksin, yang sedang dalam proses uji klinik. Masalah ketidaktersediaan global health innovation (inovasi kesehatan global) di bioteknologi ebola karena:
Pertama, a lack of funding (kekurangan dana). Kedua, a lack a market (kekurangan pasar artinya jumlah kasus di dunia relatif kecil untuk produk massal tingkat dunia, tidak seperti demam berdarah misalnya, atau ISPA, infeksi saluran cerna dan sebagainya). Ketiga, a market failure, (kegagalan pasar yakni, jumlah kasus yang mungkin memerlukan tapi tidak mampu membayar/membeli)
Adapun kemungkinan dampaknya di Asia sebagai berikut: Transportasi udara ke beberapa negara Asia dari Afrika terus meningkat, antara lain ke Tiongkok dan lain-lain. Kesiapan sistem kesehatan di kota-kota besar Asia, yang memerlukan tenaga dengan pengetahuan dan pengalaman memadai serta prosedur yang baik. Dampak terhadap ekonomi regional, global stock markets, dan hubungan bilateral serta multilateral.
Perkembangan terakhir kasus Ebola yang tercatat di WHO,
Situasi Global secara kumulatif kasus 17.808 kasus dengan 6.337 kematian, total kematian/kasus 35,59 persen sebaran kasus pada 4 negara terjangkit di Afrika Barat yakni: Guinea ada 2.283 Kasus, 1412 kematian, total kematian/kasus 62,32 persen (data WHO, 6 Desember 2014). Liberia ada 7.719 kasus, 3177 kematian dengan total kematian/kasus 41,16 persen (data WHO, 3 Desember 2014). Sierra Leone ada 7.798 kasus, 1.742 kematian, total kematian/kasus 22,34 persen(data WHO, 6 Desember 2014). Mali total Kasus 8,6 Kematian total kematian/kasus 75 persen. Amerika, total 4 kasus, 1 kematian, total kematian/kasus 25 persen (data WHO, 16 November 2014). Spanyol, total kasus 1, 0 kematian (data WHO, 16 November 2014). Republik Demokratik Kongo, total 66 Kasus, 49 kematian, total kematian/kasus 74,24 persen (data WHO, 11 November 2014). (balitbang.depkes.go.id)
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...