Ban Ki-moon: Kekerasan Antaragama Ancam Republik Afrika Tengah
NDJAMENA, SATUHARAPAN.COM Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa (Sekjen PBB) Ban Ki-moon pada pertemuan regional di Chad, Kamis (8/1), memperingatkan mengenai adanya bahaya yang nyata dari pergolakan agama-agama.
Ia menekankan peristiwa pada tahun sebelumnya yang semakin memperburuk hubungan antara komunitas Islam dan Kristen serta menimbulkan ancaman dampak panjang bagi negara tersebut.
Pada puncak pertemuan Economic Community of Central African States (ECCAS) yang diselenggarakan Presiden Chad Idriss Deby Itno di ibu kota, NDjamena, Ban berpesan, Terdapat siklus kekerasan dan aksi balas dendam yang mengerikan antarkomunitas yang harus segera dihentikan.
Rasa tidak percaya dan kekerasan yang terjadi telah memicu amarah dan rasa haus akan balas dendam, menurut Ban, menyoroti kebutuhan untuk mengutamakan upaya rekonsiliasi.
Pada pesan yang disampaikan oleh Babacar Gaye, Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Afrika Tengah sekaligus kepala UN Integrated Peacebuilding Office (BINUCA), Ban memuji para kepala negara di ECCAS yang mengusulkan adanya konferensi nasional yang inklusif.
Ban mengatakan forum semacam itu perlu menyediakan kesempatan bagi para aktor nasional untuk saling berbagi keprihatinan, menghadapi tantangan bersama, dan secara kolektif menemukan jalan keluar dari krisis, termasuk pada masa persiapan pemilihan umum (pemilu).
Pelucutan senjata di antara pihak yang bertikai sesuai dengan standar internasional merupakan hal yang penting, pimpinan PBB menekankan, termasuk mencatat pentingnya demobilisasi dan reintegrasi para mantan pejuang.
Tahun lalu terjadi serangan oleh kebanyakan pemberontak Muslim Selaka yang memaksa Presiden François Bozizé tersingkir. Dua minggu terakhir, konflik bersenjata antara eks-Seleka dan anti-balaka Kristen (milisi Kristen) meningkat.
Sejak itu, setidaknya ribuan orang terbunuh, hampir satu juta orang meninggalkan rumah mereka, dan 2,2 juta lainnya, sekitar setengah dari populasi tersebut, memerlukan bantuan kemanusiaan.
PBB dan mitranya telah meningkatkan respons kemanusiaan, namun situasi itu, menurut Ban dalam pesannya, menjadi semakin mengganggu.
Ia juga menunjukkan keprihatinannya mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang meluas. Saat ini, PBB tengah bekerja untuk membangun Komisi Penyidik Internasional (International Commission of Inquiry) untuk mendokumentasi tindak kekerasan yang terjadi, sejalan dengan resolusi yang diadopsi oleh Dewan Keamanan pada awal Desember.
Ia mengimbau, Bersama-sama, kita harus mengirimkan pesan yang kuat bahwa yang melakukan kekejaman harus bertanggung jawab.
Dalam pesannya, Ban mencatat cepatnya pergerakan African-led International Support Mission to CAR (MISCA, akronim bahasa Prancis untuk Mission internationale de soutien à la Centrafrique sous conduite africaine, yaitu misi Uni Afrika untuk perdamaian di Republik Afrika Tengah) serta tentara intervensi Prancis, SANGARIS, yang bekerja untuk mencegah terjadinya kemerosotan situasi semakin jauh.
Ia juga menekankan bahwa PBB akan bekerja sama dengan Uni Afrika dan pemangku kepentingan lainnya dalam mendukung konferensi para donor di Addis Ababa, Ethiopia, pada 1 Februari mendatang. (un.org)
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...