Putin dan Rouhani Bahas Masalah Suriah dan Nuklir Iran
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya Hassan Rouhani asal Iran pada Kamis (9/1) membahas negosiasi nuklir republik Islam tersebut dengan negara-negara adidaya dan pembicaraan damai Suriah, tutur pihak Kremlin.
Kedua pemimpin itu membahas masalah internasional terkini, termasuk situasi di Suriah dalam konteks persiapan untuk konferensi Jenewa 2, dan penerapan perjanjian atas program nuklir Iran, ujar Kremlin dalam sebuah pernyataan tanpa memerinci siapa yang memulai panggilan telepon tersebut.
Rusia menjadi salah satu pendukung utama keterlibatan Iran dalam negosiasi damai Suriah, yang dijadwalkan akan dilanjutkan untuk pertama kalinya selama lebih dari setahun di Swiss pada 22 Januari.
Pemimpin PBB Ban Ki-moon tidak memasukkan Iran ke dalam 30 negara undangannya untuk hadir dalam pembicaraan tersebut.
Namun, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steimeier mengatakan mendukung keterlibatan dalam konferensi tersebut, yang bertujuan untuk melibatkan perwakilan dari rezim Assad dan para anggota oposisi dalam pembicaraan langsung untuk pertama kalinya.
Perundingan Suriah akan Gagal Tanpa Iran
Hassan Rouhani Kamis jug mengatakan bahwa konferensi perdamaian Suriah yang direncanakan pada akhir bulan ini akan gagal jika Teheran, sekutu utama kawasan Damaskus, tidak berpartisipasi, kata laporan-laporan media.
Pernyataan itu muncul menjelang pertemuan Senin (13/1) dimana Rusia dan Amerika Serikat akan membahas kemungkinan keterlibatan Teheran dalam pembicaraan yang diselenggarakan di Montreux, Swiss 22 Januari.
"Setiap pertemuan trans-regional yang tidak dihadiri oleh pemain berpengaruh tidak akan mampu mengatasi krisis Suriah," kata Rouhani kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon, kata kantor berita ISNA.
"Dengan demikian, Konferensi Jenewa II telah gagal tanpa Iran bahkan sebelum dimulai," katanya menambahkan, menyebut forum yang diprakarsai Rusia-AS itu "acara negosiasi."
Undangan ke knferensi Jenewa II, yang sudah tertunda beberapa bulan, telah dikirim ke 30 peserta.
Tetapi Iran, pendukung setia rezim Presiden Bashar al-Assad, tidak termasuk dalam daftar yang diundang, menurut PBB.
Pada Senin (6/1), republik Islam menepis saran AS agar Iran memainkan peran "di sela-sela" perundingan, dengan juru bicara kementerian luar negeri Iran Marzieh Afkham menyebutnya usulan itu satu penghinaan.
Rusia telah menjadi salah satu pendukung utama inklusi Iran di pembicaraan, yang bertujuan untuk melibatkan wakil-wakil dari rezim Suriah dan anggota oposisi dalam pembicaraan langsung untuk pertama kalinya.
Menurut ISNA, Putin menegaskan dukungan Moskow dan menyatakan harapan "untuk meyakinkan sekutu kami ... bahwa Iran, sebagai aktor utama, harus hadir dalam pembicaraan."
"Kami percaya setiap prasyarat bagi partisipasi Iran tidak berguna dan tidak konstruktif," katanya mengutip pemimpin Rusia.
Iran mengatakan mendukung solusi politik untuk krisis yang telah mengadu Bashar dengan pemberontak yang sebagian besar Sunni.
Teheran dituduh memberikan dukungan militer dan keuangan ke Damaskus, meskipun berulang kali dibantah bahwa ia tidak memiliki kehadiran militer resmi di Suriah dan bahwa dukungannya adalah berbentuk bantuan kemanusiaan. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...